Nikmatnya Berbuka di Istana Ain Syams

oleh M. Arif As-Salman Senin, 24/08/2009 07:46 WIB
Kemaren-Ahad, 23 Agustus 2009- saya mesti pulang lebih cepat dari biasanya. Ada undangan ifthar jama`iy (berbuka puasa bersama) di rumah Ain Syams. Sore itu, seperti biasa setelah mengembalikan beberapa buku yang dipinjam sejak satu minggu yang lalu, saya kembali mencari-cari buku yang akan dibaca untuk satu minggu ke depan. Begitulah, sekali seminggu saya menjadwalkan berkunjung ke PMIK (Perpustakaan Mahasiswa Indonesia di Kairo) untuk meminjam beraneka buku bacaan.
Menikmati puasa Ramadhan di negeri orang memang terasa beda dengan di negeri sendiri. Serasa ada yang kurang lengkap. Ya, tidak bisa sahur dan berbuka bersama keluarga. Tapi, walau demikian kekurangan itu dapat terwakili dengan berbuka bersama teman-teman serumah dan dengan istri bagi yang telah menikah. Hidup di rantau memang butuh banyak pengorbanan, perjuangan serta kesabaran tangguh.
Menjelang azan maghrib berkumandang saya bersama istri dan buah hati kami yang kini telah menginjak usia 9 bulan berangkat menuju rumah Ain Syams yang letaknya tidak jauh dari rumah kami-sekitar 10 menit dengan berjalan kaki-. Rumah itu terletak di samping mesjid Saqar Qurays, di Madinah Nasr, Kairo.
Sesampai di sana kami disambut dengan senyum mesra oleh tuan rumah-orang tua Ain Syams-. Ada kebahagiaan tulus yang terpancar dari raut muka mereka, kebahagiaan karena tamu yang diundang telah bersedia datang. Rumah Ain Syams terlihat sudah dipadati banyak tamu, sehingga kami yang laki-laki harus masuk ke ruang dalam, karena ruang tengah diisi oleh ibu-ibu dan tamu-tamu wanita.
Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan sahabat-sahabat dan saudara-saudara yang selama ini cukup jarang bertemu, karena berbagai kesibukan perkuliahan dan lainnya. Ini merupakan sebuah moment yang sangat indah dan berharga. Kesempatan untuk menumpahkan kerinduan, berbagi cerita, dan pengalaman.
Pertemuan-pertemuan seperti itu begitu berarti. Ia umpama obat kerinduan terhadap saudara-saudara yang sekian lama tidak bertatap muka. Jamuan ukhuwah yang sanggup mempererat ikatan batin dan mempererat rasa persaudaraan. Bertemu dalam ketaatan dan dalam rangka saling mencintai karena Allah swt.
Tak terasa perbincangan pelepas dahaga rindu terhenti oleh azan maghrib yang berkumandang di mesjid dekat rumah Ain Syams. Tuan rumah segera menghidangkan menu berbuka. Terasa segarnya kerongkongan ketika meneguk air teh manis dingin. Ragam menupun tersedia, seperti korma, bakwan, dan agar-agar. Para tamu tinggal memilih. Tapi, bakwan cukup menjadi hidangan favorit, karena menu ke-indonesiaannya.
Usai berbuka secukupnya, tamu laki-laki shalat maghrib berjamaah di mesjid. Tamu-tamu tersebut sangat paham akan pentingnya menjaga shalat lima waktu berjamaah di mesjid. Apalagi sangat banyak hadits-hadits yang menerangkan keutamaan shalat berjamaah di mesjid, terutama pada bulan Ramadhan, Allah akan melipat gandakan pahala amalan hamba-hamba-Nya.
Setelah melaksanakan shalat maghrib di mesjid, para tamu kembali ke rumah Ain Syams untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan. Semarak berbuka sungguh begitu terasa. Ditambah lagi obrolan-obrolan tentang berbagai informasi terbaru yang berkembang. Yang satu bercerita, yang lain pun tak kalah bercerita. Seolah-olah setiap orang ingin berbagi informasi yang ia dapatkan.
Begitulah, suasana keakraban dan kekeluargaan bergema dan menyatu dalam pertemuan itu. Ada senyum yang mengembang, ada tawa yang riang, ada cerita-cerita menarik, ada informasi-informasi, dan lain-lainnya.
Tak terasa waktupun terus berlalu, makanan yang dihidangkan satu persatu telah disantap para tamu, sehingga hampir tidak ada yang tersisa. Sebelum para tamu pulang, tuan rumah meminta salah seorang tamu untuk memberikan kata sambutan dan membaca doa untuk tuan rumah. Saat itu Ust. Zulfi Akmal sebagai perwakilan tamu mengucapkan terima kasih banyak atas jamuannya, "Semoga Allah memberikan balasan pahala", ucap beliau. Dan Ust. Sami diminta membacakan doa untuk kebaikan tuan rumah, tamu-tamu yang hadir, dan segenap kaum muslimin.
Pertemuan singkat hari itu begitu bermakna. Ada banyak motivasi yang tersirat di dalamnya. Saya merasa kalah dari tuan rumah, kalah dalam berlomba-lomba untuk kebaikan. 'Istana' Ain Syams seolah menjadi pelopor pertama mengadakan berbuka puasa bersama, sebelum yang lain mengadakan. Semangat ini yang perlu dicontoh dan diteladani, semangat untuk memulai melakukan sunnah hasanah.
Bahkan dalam sebuah kata hikmah disebutkan, "Keutamaan terletak pada orang yang memulai, walau orang yang mengikuti setelahnya lebih baik."
Saya sudah bisa membayangkan berapa banyak pahala yang akan mengalir pada orang tua Ain Syams. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw, dari Zaid bin Khalid al-Juhani r.a, bahwasanya Nabi saw bersabda, "Barangsiapa yang memberi makan -untuk berbuka- orang yang berpuasa, baginya pahala -seperti yang didapatkan- orang yang berpuasa itu, dan pahala itu tidak mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun." (HR. At-Tirmidzi : 3/162, no. 807)
Begitu besar pahala yang akan didapatkan, semakin banyak dan semakin mulia tamu yang hadir akan semakin bertambahlah pahala yang akan diraih.
Di sisi lain, perjamuan singkat itu begitu sanggup merekatkan ikatan ukhuwah yang selama ini mulai renggang karena jarangnya pertemuan disebabkan berbagai kesibukan di kuliah dan lainnya. Inilah majlis yang akan mendatangkan kebaikan bagi seorang hamba di akhirat kelak; majlis yang terangkai karena saling mencintai karena Allah swt.
Semoga ada hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik, insya Allah.
Salam dari Kairo,
sumber: era muslim

0 komentar:

ur coment