Penolong Misterius


Ketika senja telah turun mengganti siang dengan malam, seorang laki-laki bergegas mengambil air wudhu. Memenuhi panggilan adzan yang bergaung indah memenuhi angkasa.

"Allahu Akbar!" suara lelaki itu mengawali shalatnya.

Khusyuk sekali ia melaksanakan ibadah kepada Allah. Tampak kerutan di keningnya bekas-bekas sujud. Dalam sujudnya, ia tenggelam bersama untaian-untaian do'a. Seusai sholat, lama ia duduk bersimpuh di atas sajadahnya. Ia terpaku dengan air mata mengalir, memohon ampunan Allah.

Dan bila malam sudah naik ke puncaknya, laki-laki itu baru beranjak dari sajadahnya.

"Rupanya malam sudah larut...,"bisiknya.

Ali Zainal Abidin, lelaki ahli ibadah itu berjalan menuju gudang yang penuh dengan bahan-bahan pangan. Ia pun membuka pintu gudang hartanya. Lalu, dikeluarkannya karung-karung berisi tepung, gandum, dan bahan-bahan makanan lainnya.

Di tengah malam yang gelap gulita itu, Ali Zainal Abidin membawa karung-karung tepung dan gandum di atas punggungnya yang lemah dan kurus. Ia berkeliling di kota Madinah memikul karung-karung itu, lalu menaruhnya di depan pintu rumah orang-orang yang membutuhkannya.

Di saat suasana hening dan sepi, di saat orang-orang tertidur pulas, Ali Zainal Abidin memberikan sedekah kepada fakir miskin di pelosok Madinah.

"Alhamdulillah..., harta titipan sudah kusampaikan kepada yang berhak,"kata Ali Zainal Abidin. Lega hatinya dapat menunaikan pekerjaan itu sebelum fajar menyingsing. Sebelum orang-orang terbangun dari mimpinya.

Ketika hari mulai terang, orang-orang berseru kegirangan mendapatkan sekarung tepung di depan pintu.

"Hah! Siapa yang sudah menaruh karung gandum ini?!" seru orang yang mendapat jatah makanan.

"Rezeki Allah telah datang! Seseorang membawakannya untuk kita!" sambut yang lainnya.

Begitu pula malam-malam berikutnya, Ali Zainal Abidin selalu mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin. Dengan langkah mengendap-endap, kalau-kalau ada yang memergokinya tengah berjalan di kegelapan malam. Ia segera meletakan karung-karung di muka pintu rumah orang-orang yang kelaparan.

"Sungguh! Kita terbebas darikesengsaraan dan kelaparan! Karena seorang penolong yang tidak diketahui!" kata orang miskin ketika pagi tiba.

"Ya! Semoga Allah melimpahkan harta yang berlipat kepada sang penolong...," timpal seorang temannya.

Dari kejauhan, Ali Zainal Abidin mendengar semua berita orang yang mendapat sekarung tepung. Hatinya bersyukur pada Allah. Sebab, dengan memberi sedekah kepada fakir miskin hartanya tidak akan berkurang bahkan, kini hasil perdagangan dan pertanian Ali Zainal Abidin semakin bertambah keuntungan.

Tak seorang pun yang tahu dari mana karung-karung makanan itu? Dan siapa yang sudah mengirimkannya?

Ali Zainal Abidin senang melihat kaum miskin di kotanya tidak mengalami kelaparn. Ia selalu mencari tahu tentang orang-orang yang sedang kesusahan. Malam harinya, ia segera mengirimkan karung-karung makanan kepada mereka.

Malam itu, seperti biasanya, Ali Zainal Abidin memikul sekarung tepung di pundaknya. Berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Tiba-tiba tanpa di duga seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya!

"Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak...," orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Ali Zainal Abidin.

Beberapa saat Ali terperangah. Ia tersadar kalau dirinya sedang di rampok. "Ayo cepat! Mana uangnya?!" gertak orang itu sambil mengacungkan pisau.

"Aku...aku...," Ali menurunkan karung di pundaknya, lalu sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok. Membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Ternyata beban karung itu mampu membuatnya tak dapat bergerak. Ali segera menarik topeng yang menutupi wajahnya. Dan orang itu tak bisa melawan Ali.

"Siapa kau?!" tanya Ali sambil memperhatikan wajah orang itu.

"Ampun, Tuan....jangan siksa saya...saya hanya seorang budak miskin...,"katanya ketakutan.

"Kenapa kau merampokku?" Tanya Ali kemudian.

"Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan," sahutnya dengan wajah pucat.

Ali melepaskan karung yang menimpa badan orang itu. Napasnya terengah-engah. Ali tak sampai hati menanyainya terus.

"Ampunilah saya, Tuan. Saya menyesal sudah berbuat jahat..."

"Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu. Kau sedang kesusahan, bukan?" kata Ali.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Ali dengan takjub.

"Sekarang pulanglah!" kata Ali.

Seketika orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis.

"Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertobat kepada Allah...saya berjanji tidak akan mengulanginya," kata orang itu penuh sesal.

Ali tersenyum dan mengangguk.

"Hai, orang yang tobat! Aku merdekakan dirimu karena Allah! Sungguh, Allah maha pengampun." Orang itu bersyukur kepada Allah. Ali memberi hadiah kepadanya karena ia sudah bertobat atas kesalahannya.

"Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini...," kata Ali sebelum orang itu pergi." Cukup kau doakan agar Allah mengampuni segala dosaku," sambung Ali.

Dan orang itu menepati janjinya. Ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun bahwa Ali-lah yang selama ini telah mengirimkan karung-karung makanan untuk orang-orang miskin.

Suatu ketika Ali Zainal Abidin wafat. Orang yang dimerdekakan Ali segera bertakziah ke rumahnya. Ia ikut memandikan jenazahnya bersama orang-orang.

Orang-orang itu melihat bekas-bekas hitam di punggung di pundak jenazah Ali. Lalu mereka pun bertanya.

"Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini?"

"Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Ali ke seratus rumah di Madinah," kata orang yang bertobat itu dengan rasa haru.

Barulah orang-orang tahu dari mana datangnya sumber rezeki yang mereka terima itu. Seiring dengan wafatnya Ali Zainal Abidin, keluarga-keluarga yang biasa di beri sumbangan itu merasa kehilangan.

Orang yang bertobat itu lalu mengangkat kedua tangan seraya berdo'a," Ya Allah, ampunilah dosa Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Saw.

0 komentar:

ur coment

Pohon Iman





Oleh: Iman Santoso, Lc
Keimanan yang kokoh menjadi perisai bagi setiap muslim. Dan hal ini hendaknya menjadi sebuah kelaziman. Sehingga keimanan itu betul-betul bak perisai kuat untuk menahan lajunya serangan musuh yang senantiasa datang silih berganti. Perisai ini wajib selalu berada di tangan setiap muslim. Ia tak boleh lepas sekejappun. Apalagi hilang, tak berketentuan arah.

Keimanan yang diumpamakan perisai itu berawal dari kekuatan tauhid yang tertanam dalam sanubarinya. Tauhid yang kuat dan bersih dari berbagai penyimpang. Ia diasaskan dari kalimat yang baik (kalimatun thayyibah) yang terikat dalam jiwanya. Kalimat yang baik dari kekuatan tauhid ini lantaran persaksian dan komitmen loyalitasnya pada Sang Maha Perkasa.
‘Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Ibrahim: 24-25).

Pohon ini tiada duanya di muka bumi ini. Ia tumbuh subur dan berkembang pesat dan mampu melawan serangan hama dan penyakit. Sehingga ia menghasilkan buah yang tak pernah henti. Malah menumbuhkan pohon-pohon lainnya. Itulah pohon keimanan.

Disebut Syajaratul Iman (Pohon Keimanan) lantaran keimanan yang kokoh laksana sebuah pohon yang selalu memberikan manfaat yang amat banyak. Buahnya dapat dikonsumsi oleh setiap makhluk yang menginginkannya. Dahannya dapat menjadi sarang serta tempat bertengger burung-burung. Daunnya yang lebat menjadi tempat berteduh musafir yang lewat dan akarnya menyimpan persediaan air untuk bumi yang tandus. Inilah pohon keimanan yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyah.

Beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allah swt. menyerupakan pohon iman yang bersemi dalam hati dengan pohon yang baik. Akarnya menghunjam ke bumi dengan kokoh dan cabangnya menjulang tinggi ke langit. Pohon itu terus menerus mengeluarkan buah setiap musim. Jika engkau renungkan perumpamaan ini tentulah engkau menjumpainya cocok dengan pohon iman yang telah mengakar kokoh ke dalam di dalam hatinya. Sedang cabangnya berupa amal-amal shalih yang menjulang ke langit. Pohon itu terus menerus mengeluarkan hasilnya berupa amal shalih di setiap saat menurut kadar kekokohannya di dalam hati. Kecintaan, keikhlasan dalam beramal, pengetahuan tentang hakikat serta penjagaan hati terhadap hak-haknya.”

Di antara para ulama penafsir Al-Qur’an, mereka berpandangan bahwa yang dimaksud dengan pohon yang baik itu adalah pohon kurma. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits riwayat Ibnu Umar r.a. Dalam kitab shahih Ar Rabi’ Ibnu Anas mengatakan bahwa orang mukmin itu pokok amalnya menghunjam ke bumi sedang buah amalnya menuju langit lantaran keikhlasannya dalam beramal. Ibnul Qayyim mengatakan, “Tidak ada perbedaan di antara ke dua pendapat itu karena makna yang dimaksud tamsil ini adalah sosok orang mukmin sejati. Sedang pohon kurma adalah sebagai gambaran yang menyerupainya dan dari diri orang mukminlah sebagai sosok yang diserupakannya.”

Pohon-pohon keimanan ini tumbuh dan berkembang bahkan menumbuhkan pohon lainnya. Syaikh Muhammad Ahmad Ar Rasyid dalam kitabnya Ar Raqa’iq menggambarkan bahwa pohon-pohon itu bak laksana kumpulan tanaman taman nan indah. Setiap orang yang melihat pasti ingin berteduh di dalamnya. Setiap melihat buah mesti tangan ingin menjamahnya. Pokoknya taman itu amat menarik hati. Pohon-pohon yang tumbuh di taman nan menawan itu adalah:

1. Syajaratut Tha’ah (Pohon Ketaatan)

Dari tempat kamu berteduh di bawah pohon iman itu kamu dapat mencium aroma wewangian bunga yang semerbak di dekatnya. Itu bersumber dari sebuah pohon yang disebut sajaratut tha’ah, yakni pohon ketaatan. Ia menjadi saksi terhadap keridhaan Allah saat dilimpahkan di hari turunnya ayat berikut:

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (Al-Fath: 18)

Orang yang berteduh di masa sekarang akan senantiasa mendapatkan ketenangan hati dan tidak mudah goyah karena faktor terhalangnya mendapatkan sesuatu atau tertinggal olehnya. Ia tetap tabah menunggu kemenangan yang akan diraihnya. Ia juga berada dalam arus gerakan Islam untuk selalu menunaikan tugas-tugas dan tanggung jawabnya. Ia setia dengan beban yang terpikul di pundaknya. Dengan sikap itu ia mampu meruntuhkan mercusuar kesesatan. Sedang ia telah menyatakan janji setia kepada Islam untuk mati sebagai tebusannya. Pohon ketaatan ini bersumber pada akar pengabdian yang utuh pada Sang Maha Pencipta. Sudah semestinya pohon ketaatan itu tumbuh subur di hati setiap muslim.

2. Syajaratut Tirhab (Pohon Penyambutan)

Pohon ini dinamakan pohon penyambutan. Ini untuk menyambut mereka-mereka yang sedang berjuang untuk mempertaruhkan hidupnya agar meraih kemuliaan di sisi Rabbnya. Jika Allah memilih untuk menimpakan musibah kepadamu sebagai jalan untuk meraih anugerah keridhaan-Nya. Dan kamu pun mengalami cobaan berat hingga memaksamu berlindung di bawah Syajaratut Tirhab, pohon penyambutan. Ini dilakukan untuk mencari ketenangan di bawah naungannya seraya menggerakkan pokoknya agar melimpahkan sebahagian dari berkahnya kepadamu. Dan engkau melakukan sikap sebagaimana yang dilakukan Ibunda Maryam a.s. Ketika bumi terasa sempit olehnya. Maka terdengarlah suara yang menyeru kepadanya:

“Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.” (Maryam: 25-26)

Maka engkau mendapat makan dari buahnya yang telah masak dengan rasa puas tanpa berlebihan. Di sana engkau beroleh minuman yang segar dari sungai kecil yang mengalir di hadapanmu dengan mencidukkan kedua tanganmu kepadanya tanpa harus bersusah payah. Pohon ini berdiri pada pokoknya yakni kecintaan untuk menghariba kepada Rabbul Izzati. Dengan penuh ketaqwaan dan keyakinan akan perjumpaannya. Bagi seorang muslim sejati mendekatkan diri untuk menghariba kepada Allah swt. menjadi keharusan. Agar ia senantiasa dalam kondisinya yang prima. Tidak lapar dan tidak pula kehausan. Ia dapat memenuhi hak dan kebutuhan hidupnya dalam memperjuangkan ajaran-Nya.

3. Syajaratul Wafa’ (Pohon Kesetiaan)

Kesetiaan adalah tanda kecintaan. Dan kecintaan merupakan prasyarat dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan kecintaannya. Nabi Muhammad saw. mempunyai tanaman sendiri sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits, bahwa banyak pohon yang menyaksikan beberapa peristiwa dari perjalanan hidupnya yang mulia. Sebagai isyarat yang menunjukkan adanya hubungan ini. Terkadang sebagai gambaran untuk menyadarkan orang yang lalai. Di antaranya adalah syajaratul wafa’, pohon kesetiaan. Sebagai tanda adanya komunikasi di antara ruh-ruh yang selalu ingat. Pohon ini dapat mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan kepada yang berhak menerimanya serta mengakui kebaikan yang diberikannya.

Ia adalah batang pohon kurma yang merintih saat ditingalkan. Jabir bin Abdullah r.a. meriwayatkan, “Dahulu ada sebatang pohon kurma yang digunakan oleh Nabi saw. untuk pijakan tempat berdirinya. Setelah dibuatkan mimbar untuk Nabi, kami mendengar dari batang kurma itu suara rintihan seperti rintihan unta yang sedang hamil besar. Hingga Nabi saw. turun dari mimbarnya lalu meletakkan tangannya pada batang itu barulah batang pohon itu diam.”

Batang pohon itu mengeluarkan suara rintihan seperti rintihan unta betina hamil besar. Peristiwa ini merupakan salah satu mukjizat Nabi saw. Sebatang pohon yang diberikan penghormatan kepadanya lalu ia membalasnya. Manakala ditinggalkan, ia merasa sedih sehingga kesedihannya itu melahirkan suara rintihan. Sekarang tiada seorangpun di antara kita melainkan di rumahnya terdapat kitab hadits. Seakan-akan Nabi saw. berdiri di hadapannya mengajarkan urusan agama dan mengajarinya hukum-hukum syariat Islam. Maka sudah selayaknya bagi manusia seperti kita berterima kasih dan membalasinya dengan ketaatan dan kesetiaan pada ajaran yang dibawanya.

Kita telah mendapatkan pelajaran yang amat bagus dari sebatang pohon kurma. Maka kita sebenarnya yang amat patut melakukan hal itu dan menterjemahkannya dalam sikap kita terhadap dakwah dan ajaran ini. Sepatutnya kita pun para muslim merintih karena tidak dapat berbuat banyak untuk memberikan kontribusi untuk kejayaan Islam sebagaimana orang-orang yang disebutkan Allah swt. dalam kitab-Nya. “Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali, sedang mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (At-Taubah: 92)

4. Syajaratut Tsabat (Pohon Keteguhan)

Keteguhan menjadi hal yang amat urgen dalam mengemban amanah mulia. Karena godaan dan rintangan akan selalu dating silih berganti. Karena itu bagi seorang muslim sejati ia amat memerlukan pohon keteguhan. Engkau dapat berlindung dibawahnya di hari manusia berpecah belah karena kecenderungannya yang berbeda-beda. Engkau mencari selamat dengan meninggalkan semua golongan yang berpecah belah itu. ‘Sekalipun engkau harus menggigit akar pohon (yakni berpegang teguh pada prinsip meskipun hidup menderita).”

Oleh karena itu berlindunglah pada pohon keteguhan ini untuk menggeraskan gigitannya. Seandainya engkau bayangkan keadaan yang sebenarnya tentulah hatimu menjadi ragu dan bergetar penuh kecemasan. Antara perasaan takut bila pegangannya mengendur lalu terbawa arus dan harapan untuk tetap bertahan demi mencapai keselamatan.

Akantetapi saripati cairan yang dikeluarkan oleh pohon itu membuat kamu segar karena mendapat minuman darinya. Sedang manusia saat itu menjulurkan lidahnya karena kehausan. Tenggorokanmu basah lagi sejuk, sehingga menambah keras gigitanmu terhadapnya, seakan-akan kamu menghisap keteguhan dan kekokohan darinya bagaikan bayi lapar yang sedang menyusu. Pohon keteguhan ini juga menjadi alat Bantu untuk menghadapi cobaan dan ujian komitmen dari berbagai rayuan dunia yang memikat. Dari pohon itu seorang muslim tidak akan goyah karena daya tarik material duniawi yang fana.

Ia tidak seperti orang-orang yang lalai dari kesetiaannya karena tergoda oleh ikan-ikan yang bermunculan pada saat mereka harus menunaikan komitmen itu. “Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada disekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Al-A’raf: 163)

5. Syajaratul Unsi (Pohon Penghibur)

Pohon ini menjadi penghiburmu di saat kamu sendirian dan kelembabannya meringankan (membasahi) keringnya kesalahanmu. Pohon ini ditanam oleh Nabi saw. Saat beliau melalui dua kuburan yang sedang diadzab. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Nabi saw. Beliau mengambil sebatang pelepah kurma yang masih basah. Dan membelahnya menjadi dua bagian lalu menancapkan kepada masing-masing dari kedua kuburan itu satu bagian. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau lakukan itu?” Rasulullah saw. menjawab, “Mudah-mudahan adzab diringankan dari keduanya selama kedua pelepah ini belum mengering.”

Buraidah Al Aslami r.a. memahami hal itu sebagai tuntutan yang dianjurkan. Oleh karena itu ia berwasiat agar ditancapkan di atas kuburannya nanti dua batang pelepah kurma. Orang-orang pun mengikuti jejaknya dalam hal ini.

Ada kalanya kita tidak dapat terlepas dari dosa-dosa kecil yang mencemari keikhlasan amal kita atau dari keterpaksaan mengejar sisa-sisa yang ada di tangan ahli dunia dari harta yang memperdayakannya. Yang biasa dibarengi dengan begadang yang merusak kesehatan dan dirundung oleh kegelisahan yang membuat diri kita tidak dapat tidur. Sehingga tubuh ini menjadi lemah untuk persiapan kerja di pagi hari. Barangkali dengan meluangkan waktu sejenak untuk berteduh di bawah pohon ini agar dapat meringankan beban hidupmu.

Tentu hiburan bagi seorang muslim sejati bukanlah dengan lantunan nasyid-nasyid dengan iringan bunyi musiknya atau juga bukan dengan tontonan yang melalaikannya. Akan tetapi hiburannya melalui dengan mengenang sejarah kehidupan umat terdahulu yang diabadikan kebaikannya serta mengingat akan janji balasan yang akan diberikan Allah swt. pada orang-orang yang beriman. Sehingga dapat menggambarkan kenangan indah di hatinya akan kehidupan orang-orang yang telah berada di negeri cahaya yang penuh berkah.

6. Syajaratul Mufashalah (Pohon Pemisahan)

Pohon pemisahan ini menjadi saksi tentang sempurnanya akan kebersihan sarana yang digunakan oleh seorang muslim dalam mencapai tujuannya yang bersih. Demikian itu terjadi ketika ada seorang musyrik yang ingin bergabung memberikan bala bantuan kepada pasukan kaum muslimin dalam perjalanannya menuju medan Perang Badar. Orang musyrik itu memberikan bala bantuan atas dasar fanatisme golongan untuk membela kaumnya. Ketika pasukan kaum muslimin sampai di sebuah pohon besar yang menjadi rambu jalan sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat ‘Aisyah r.a.. Lalu orang musyrik itu hendak bergabung. Maka Nabi menoleh kepadanya dan mengatakan, “Kembalilah kamu, aku tidak meminta bantuan dari orang musyrik.”

Maka ketetapan ini terus berlaku sebagai prinsip yang tidak pernah ada pengecualiannya. Kecuali hanya dalam kejadian-kejadian yang terbatas dan langka. Oleh karena itu prinsip ini tetap menjadi pijakan dalam amal dakwah kita agar tidak mengemis meminta-minta balas bantuan dari orang yang memusuhi dakwah. Apalagi potensi yang dimiliki umat masih melimpah ruah untuk didayagunakan.

7. Syajaratul Istighfar (Pohon Meminta Ampunan)

Pohon istighfar berupa pohon anggur yang banyak buahnya. Apabila ada seorang tamu yang mampir ke rumah pemiliknya, maka ia akan memetik setangkai buah itu lalu disodorkan kepadanya untuk mencicipinya. Setelah itu tentu sesorang yang bertandang itu akan merasakan kepuasan yang teramat sangat. Kemudian pada hari yang lain. Isteri pemilik kebun anggur itu mengatakan kepada suaminya, “Cara seperti itu tidak etis kepada tamu, sebaiknya engkau ikut memakan separuh jamuanmu guna menyenangkan hatinya dan sekaligus sebagai penghormatan padanya.”

Suaminnya menjawab, “Besok aku akan lakukan hal itu.” Keesokan harinya, setelah tamunya memakan separuh hidangan yang disajikan kepadanya, lalu lelaki pemilik kebun itu ikut serta memakannya. Tatkala ia mencicipinya terasa anggur itu masam dan tidak enak untuk dimakannya, ia pun meludahkannya dan mengernyitkan kedua alisnya keheranan atas kesabaran tamunya yang mau merasakan buah seperti itu. Namun tamu itupun menjawabnya, “Sesungguhnya aku telah memakan buah ini dari tanganmu sebelumnya selama beberapa hari dengan rasa manis, tetapi sekarang ini aku tidak suka memperlihatkan kepadamu rasa tidak enak pada buah ini sehingga membuatmu menyesali pemberianmu yang lalu.”

Apa yang disebutkan di atas ini bukanlah kisah ngawur melainkan sebagai tamsil perumpamaan yyang dibuat untuk para muslimin yang ingin Islam jaya di muka bumi ini. Karena itu dengarkanlah baik-baik. Hal ini merupakan ungkapan kisah yang dijabarkan kepadamu untuk mendekatkan kepahamanmu kepadanya agar mudah kamu cerna.

Tidak seorangpun di antara orang-orang yang ada disekitarmu yang terpelihara dari kesalahan dan benar selalu adanya. Oleh karena itu jika ada saudaramu yang berbuat kekeliruan, maka janganlah kekeliruannya itu mendorongmu untuk mendiamkannya tidak mau bergaul lagi dengannya. Tidak sabar terhadapnya atau mendiskreditkannya. Bahkan jangan pula kamu mencelanya, melainkan bersabarlah kepadanya.

Dan tahanlah emosimu. Dan kamu harus memaafkannya dalam hatimu karena mengingat kebaikannya yang terdahulu dan perilakunya yang baik dan penghormatannya kepadamu. Karena barangkali dia dapat membantumu untuk bertaubat atau menolongmu saat kamu belajar sebagai pelayan pendamping atau teman begadangmu atau dia mengajarkan kepadamu suatu bidang pengetahuan yang diajarkan Allah kepadanya dan hal-hal baru yang belum kamu ketahui.

8. Syajaratuz Zuhud (Pohon Zuhud)

Jika engkau telah beroleh faedah dan menebarkan keadilan, maka sudah saatnya bagimu untuk membaringkan diri di bawah sebuah pohon yang ramping lagi banyak buahnya dan bunganya. Keindahannya memukau pandangan orang yang melihatnya dan membuat orang yang menikmati keindahannya berdecak kagum karena selera penanamnya begitu tinggi.

Itulah pohon zuhud. Yaitu pohon yang bersemi di dalam hati. Jenisnya lain dari yang lain. Belum pernah ada seorang pun yang menanam hal yang semisal itu sehingga terlihat sangat indah. Penanamannya menggambarkan pohon itu bagai syair berikut:

Zuhud telah menanamkan pohon dalam kalbuku

Sesudah membersihkannya dari bebatuan dengan susah payah

Dia menyiraminya sesudah menancapkannya ke bumi dengan air mata yang dialirkan

Manakala di melihat burung-burung perusak tanaman terbang mengelilingi pagarnya

Dia mengusirnya

Aku tidur di bawah naungan yang rindang dengan hati yang senang

Dan mengusir semua yang mengganggunya

Kemudian aku berjanji setia kepada Tuhanku

Seperti itulah Bai’atur Ridwan dilakukan di bawah pohon untuk memberikan janji setia. Rasakanlah kamu menjadi salah seorang di antara mereka yang melakukan hal itu. Dan kamu bersama di tengah-tengah mereka. Dirimu dipenuhi oleh semangat bai’at janji setia sampai mati di jalan Allah swt. demi membela ajaran ini tegak di muka bumi.

9. Syajaratul Hilm (Pohon Penyantun)

Seharusnya setiap mukmin telah memahami seni menanam pohon keimanan dan telah menanamkan pohon Kesantunan dalam dirinya. Jadilah diri Anda seperti pohon yang berbuah. Manusia melemparinya dengan batu sedang Anda melempari mereka dengan buahnya.

Sesungguhnya itu gambaran yang baik. Karena sesungguhnya kebanyakan manusia cepat cenderung kepada kejahilan sehingga mendorong mereka untuk mendustakan para penyeru kebaikan dan menyakiti mereka dengan cara batil. Seandainya seorang dai bersikap jahil seperti orang jahil itu dan membalas keburukan dengan keburukan semisal, niscaya akan lenyap dan pudarlah nilai-nilai kebajikan itu. Sebenarnya sikap yang harus diambil seorang dai adalah berlapang dada, mengharapkan pahala Allah dan memohon ampunan bagi kaum yang tidak mengerti itu.

Syaikh Muhammad Ahmad Ar Rasyid menandaskan bahwa pohon keimanan itu mesti diberi pupuk dan disiraminya di setiap waktu. Dirawatnya dengan baik agar tidak dimakan hewan yang mendatanginya atau dihinggapi hama penyakit. Ia pun perlu diselamatkan dari tangan jahil manusia yang sering usil untuk memetik buahnya sebelum masanya. Ia perlu penjaganan yang ekstra agar pohon-pohon itu memberikan buahnya bagi dakwah ini. Itulah Tsamaratud Da’wah (Buah Dakwah). Yakni kader-kader dakwah yang militan yang menyediakan dirinya untuk melayani dakwah ini dan berkhidmat terus demi tegaknya ajaran ini.

Bila pertumbuhan kader ini terus tumbuh dari berbagai segmen dan usia secara seimbang, maka dakwah ini akan mengalami tingkat produktivitas yang amat tinggi. Intajiyatud Da’wah (Produktivitas Dakwah). Dengan begitu mewujudkan misi utama dakwah ini untuk mencapai perubahan nilai dan norma akan semakin terealisasikan. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’: 107). “Dan peranglah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (Al-Anfal: 39)
Sumber : http://www.dakwatuna.com/2008/pohon-iman/

0 komentar:

ur coment

Perjalanan Panjang Seorang Perempuan Yunani Menemukan Jalan Islam



Beragam pertanyaan muncul dalam benak Myrto, perempuan asal Athena, Yunani, beberapa menit setelah ia mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai syarat syahnya ia menjadi seorang muslim.

Myrto masuk Islam pada Agustus 2011. Itu artinya ia benar-benar masih menjadi seorang mualaf. Walau ia masuk Islam atas kesadaran dan pilihannya sendiri, Myrto tak bisa memungkiri pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalanya.

Apakah syahadat ini membuat saya menjadi seorang muslim? Apa sebenarnya muslim itu? Mudahkah menjadi seorang muslim? dan apa yang akan terjadi setelah saya menjadi seorang muslim? Bagaimana jika saya menyesali pilihan saya ini?

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikiran Myrto, beberapa menit setelah ia bersyahadat.

"Saya butuh waktu 9 tahun untuk meyakini bahwa Tuhan itu aa dan memilih agama Islam sebagai cara untuk menyembah-Nya," ungkap Myrto mengawali kisahnya memilih Islam sebagai agamanya.

Ia mengaku telah melewati masa-masa sangat berat dalam hidupnya. Ia mengalami trauma yang berat saat masih usia anak-anak sampai masa pubertas dan dewasa, yang membuatnya merasakan kekecewaan yang dalam hingga ia benar-benar menolak mempercayai bahwa Tuhan itu ada, menolak kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

Myrto juga merasa tidak puas melihat perilaku para pendeta di Yunani. Tapi ketidakpuasan itu yang lalu mendorongnya untuk mulai membaca segala hal tentang agama.

"Merasa tersiksa, lelah dan putus asa untuk menemukan semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya, awalnya saya memilik untuk membaca berbagai tulisan tentang agama, filsafat, dan sejarah. Saya pikir itu lebih baik daripada saya mencari jalan keluar dengan mendatangi tukang ramal, tukang baca kartu tarot, memakai narkoba atau menenggak alkohol," ujar Myrto.

Sebagai perempuan yang dibesarkan dengan nilai-nilai tradisional keluarga Yunani kelas menengah, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kebanggaan diri dan martabat, Myrto merasa tidak perlu menjadi bagian dari sebuah kelompok agama atau kelompok filsuf untuk memuaskan kebutuhannya akan kehangatan dan kasih sayang.

"Saya sangat mencintai dan menghormati identas kebudayaan Yunani yang mengalir dalam darah saya, dan saya tidak mau meniru atau memalsukan identitas atau kebangsaan yang lain," tukas Myrto.

Namun pengalaman hidupnya yang pahit, membuatnya mulai mempelajari agama. Yang pertama ia pelajari adalah ajaran Kristen Ortodoks, lalu beralih ke yudaisme, Budha dan terakhir agama Islam. Saat mengenal dan mempelajari Islam, perlahan-lahan Myrto mulai meyakini adanya Tuhan.

"Keyakinan saya terus menguat seiring berjalannya waktu. Pada beberapa titik tertentu, saya mulai mempertanyakan tentang konsep Trinitas, sebuah konsep yang akhirnya saya temukan jawabannya dalam agama Islam," tutur Myrto.

Ia melanjutkan, "Yang saya tahu, Islam adalah agama yang dekat dengan lingkaran wahyu Ilahi. Islam berarti damai dan Muslim berarti orang yang menyerahkan dirinya pada Tuhan dan hanya pada Tuhan, tanpa penyesalan atau mencari keuntungan pribadi. 'Allah' bukan sebuah penemuan baru, itu hanya kata dalam bahasa Arab untuk menyebut Tuhan. Lambang bulan sabit bukanlah simbol mandi darah dan balas dendam, tetapi pengingat bahwa orang-orang muslim menghitung waktu berdasarkan bulan, bukan matahari."

Pada titik pemikiran itu, Myrto merasa dirinya sebagai seorang penganut agama dan bukan seorang agnostik. Pada saat itu, ia sempat pindah ke Inggris untuk melanjutkan kuliahnya. Di negara itulah ia bertemu dengan orang-orang yang ramah dan baik, dan mayoritas orang yang dijumpainya itu adalah muslim, hingga menikah dengan seorang lelaki muslim.

"Saya tidak tahu apakah semua itu pertanda. Tapi setelah itu saya membaca lebih banyak lagi tentang Islam, dan menjadi lebih fokus pada Islam. Selain membaca, saya menonton film-film dokumenter, menghadiri ceramah agama Islam, mengunjungi museum-museum Islam dan ikut kursus belajar agama Islam," papar Myrto.

Lalu pertanyaan itu datang, apakah saya ingin menjadi bagian dari agama yang memiliki banyak penafsiran yang beragam pada isi kitab sucinya? apakah saya mau menjadi bagian dari komunitas agama minoritas di negara saya? dan sederet pertanyaan lainnya yang membuat hatinya bimbang untuk memutuskan untuk masuk Islam.

Pada suatu waktu, Myrto mengaku pernah kecewa, bukan pada agama Islamnya atau Al-Quran-nya, tapi pada penganut Islam-nya sendiri. Namun ia menyadari bahwa ia tidak bisa menyalahkan agama dimana ia menemukan jawaban atas semua pertanyaannya selama ini tentang Tuhan.

"Saya lalu memutuskan untuk memulai hidup sebagai seorang muslim untuk beberapa waktu lamanya, untuk melihat bagaimana rasanya dan melihat apakah hidup sebagai muslim itu berat," ujar Myrto.

Dari situlah ia mengetahui sendiri bahwa Islam bukan agama yang kaku, yang mengekang orang seperti dalam penjara. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat kebaikan, menghindari perbuatan buruk, salat sebanyak yang bisa dilakukan, begitu pula dengan berpuasa, menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang, meningkatkan kemampuan diri dengan belajar setiap hari, dan berusaha untuk menjadi yang terbaik setiap hari.

"Begitulah kehidupan seorang muslim, dan saya jadi yakin bisa hidup sebagai seorang muslim. Saya langsung meninggalkan kebiasaan makan daging babi dan minum minuman beralkohol, dan saya mengenakan jilbab," imbuh Myrto.

"Akhirnya, setelah perjalanan yang panjang, saya membulatkan tekad untuk bersyahadat. Mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah," tandasnya. (kw/nmac)
sumber: eramuslim

0 komentar:

ur coment

Perempuan Jerman, "Membaca Al-Fatihah, Jantung Saya Berdebar Hebat"


Khadija Acuna Pihan, perempuan asal Jerman ini bersyahadat pada tahun 2005. Pilihannya menjadi seorang muslimah membuatnya harus "kehilangan" seluruh keluarganya yang tidak bisa menerima keislamannya. Namun ia yakin, suatu saat Allah Swt akan mengembalikan keluarganya dan memahami mengapa ia memilih masuk Islam.

"Islam adalah jalan kebenaran yang akan saya jalani. Sekarang, setiap kali saya berdoa, saya merasa sedang bicara pada Tuhan, dan Tuhan sedang mendengarkan saya," kata Pihan mengawali cerita di awal ia menjadi seorang muslimah.

Ia mengatakan, Islam adalah satu-satunya agama yang memiliki ajaran yang jelas. "Siapa yang membaca Qur'an dengan hatinya, akan menemukan sebuah agama yang terang. Saya meyakini bahwa hanya ada satu Tuhan dan saya bahagia menemukan jalan saya dengan-Nya. Saya yakin sudah melakukan tindakan yang benar dengan masuk Islam. Saya bersyukur, Tuhan menuntun saya ke jalan yang benar," ujar Pihan yang memilih nama Islam, Khadija setelah bersyahadat.

Acuna Pihan lahir dan dibesarkan dalam ajaran Kristen. Ia dan keluarganya rajin ke gereja. Namun, saat datang ke gereja dan mendengar cerita pendeta bahwa Yesus adalah anak Tuhan, selalu terpintas dalam pikiran Pihan mengapa pendeta ini bicara seperti itu dan Pihan tidak mau mengarnya.

"Saya membaca doa yang saya pelajari sejak saya berusia 7 tahun. Tapi saya merasa tak seorang pun mendengarkan doa saya, bahkan Yesus. Mengapa orang-orang ini datang ke gereja dan setelah itu para lelaki pergi ke restoran untuk minum minuman keras, lalu para perempuan bertengkar dengan mereka karena pulang dalam keadaan mabuk. Inikah ajaran Kristen?" tanya Pihan dalam hati.

Pihan yakin pasti ada hal lain yang diajarkan agama. Ia pun mempelajari berbagai agama. "Banyak agaman yang aneh. Orang menyembah Buddha sebagai Tuhan atau menyembah matahari, sapi, bunga, bahkan setan. Hal semacam itu bukan agama saya," batin Pihan ketika itu.

Ia lalu menemukan buku tentang Nabi Muhammad Saw. dan mengetahui bagaimana Rasulullah Saw. menyebarkan agama Islam serta betapa berbahayanya hidup sebagai seorang muslim di zaman itu. Pihan juga membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw, mulai dari silsilah keluarganya, kehidupan rumah tangganya dan siapa saja istri-istri beliau.

"Saya tidak bisa berhenti saat membaca buku itu, sehingga saya membaca semua buku-buku itu dalam satu hari. Buku yang saya baca menceritakan tentang kitab suci Al-Quran yang berisi firman-firman Allah dan rasa ingin tahu saya tentang Quran pun muncul," ujar Pihan.

"Ketika saya membaca surat Al-Fatihah, jantung saya berdebar hebat. Saya terus membaca surat-surat lainnya dan saya hati saya tenang saat membacanya. Ketika saya membaca surat Maryam dan mengetahui apa yang tertulis di surat itu, saya jadi paham mengapa saya tidak bisa memercayai apa yang dulu dikatakan pendeta di gereja," tukasnya.

Ia melanjutkan, "Dalam Kristen, kami belajar bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan kami harus berdoa padanya. Itulah yang kami lakukan selama ini. Lalu, saya membaca Quran yang usianya sudah ribuan tahun, dan isinya selalu sama bahwa Yesus hanya seorang nabi seperti juga Nabi Muhammad Saw serta nabi-nabi lainnya. Quran juga menyatakan bahwa Tuhan tidak punya anak dan kita dilarang menyembah Tuhan yang lain kecuali Allah Swt."

Kata-kata dalam Quran yang membuat Pihan beralih ke agama Islam. Selain itu, yang membuatnya meyakini Quran, meski kitab suci itu sudah berusia ribuan tahun, isinya tidak berubah. Berbeda dengan kitab suci umat Kristiani, Kita Perjanjian Lama isinya berbeda dengan Kitab Perjanjian Baru, padahal dalam ajaran Kristen disebutkan bahwa Tuhan mengatkan "Jangan mengubah kata-kata ku kecuali aku perintahkan kalian mengubahnya."

"Kristen memiliki 10 ajaran suci. Salah satunya adalah dilarang membunuh manusia. Tapi ketika orang-orang Kristen datang ke Amerika Selatan, mereka membunuh banyak orang Indian karena orang-orang Indian itu menolak masuk Kristen. Hal yang sama dilakukan orang-orang Kristen di Afrika," papar Pihan.

"Jadi, bagaimana mereka mengajarkan kita jangan membunuh, jika mereka sendiri membunuh. Semua itu membuat saya ingin pindah agama. Saya capek dengan kebohongan ajaran Kristen dan saya menemukan Islam satu-satunya agama yang memiliki ajaran yang jelas ..."

"Islam membawa kembali kebebasan dalam jiwa saya dan saya bahagia sejak awal saya masuk Islam. Islam adalah hidup saya. Tanpa Islam saya bukan apa-apa, dan jika Allah Swt memalingkan wajah-Nya, saya tak mampu hidup," tandas Pihan.

Sumber: eramuslim.com

0 komentar:

ur coment

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum'at




“Sesungguhnya barangsiapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, niscaya ia akan diterangi oleh cahaya antara dua Jum’at.” (HR Hakim 3349)

Daripada Muaz Ibnu Anas Al-Juhari, daripada bapanya, daripada Nabi SAW baginda bersabda:
...“Sesiapa membaca dari Surah Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya daripada kepala hingga kakinya dan sesiapa yang membaca keseluruhannya, maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi.” (HR Ahmad)

Rosulullah SAW Bersabda:
"Barangsiapa membaca Surah Al Kahfi pada hari Jum'at, maka Dajjal tidak bisa memudharatkannya" (HR-Dailami)

http://agusckurniawan.blogspot.com

0 komentar:

ur coment

Gerakan Shalat Bermanfaat Untuk Kesehatan

Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi gerakan-gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sudut medis, shalat adalah gudang obat dari berbagai jenis pnyakit.
Allah, Sang Maha Pencipta, tahu persis apa yang sangat dibutuhkan oleh ciptaanNya, khususnya manusia. Semua perintahNya tidak hanya bernilai ketakwaan, tetapi juga mempunyai manfaat besar bagi tubuh manusia itu sendiri. Misalnya, puasa, perintah Allah di rukun Islam ketiga ini sangat diakui manfaatnya oleh para medis dan ilmuwan dunia barat. Mereka pun serta merta ikut berpuasa untuk kesehatan diri dan pasien mereka.
Begitu pula dengan shalat. Ibadah shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk metabolisme dan tekstur tubuh manusia. Gerakan-gerakan di dalam shalat pun mempunyai manfaat masing-masing. Misalnya:

Takbiratul Ihram
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar tlinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancer ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancer. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.



Ruku’
Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate dapat dicegah.

I’tidal
Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.

Sujud
Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posis jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

Duduk di antara sujud
Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.

Salam
Gerakan memutar kepala ke kanan dank e kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.

Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia meneundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang di dalami Prof. Soleh, gerakan ini mengantarkan manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?

Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan kecerdasan seseorang.

Setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Darah tidk akan memasuki urat saraf di dalam otak melainkan ketika seseorang sujud dalam shalat. Urat saraf tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini berarti, darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti waktu shalat, sebagaimana yang telah diwajibkan dalam Islam.

Riset di atas telah mendapat pengakuan dari Harvard University, Amerika Serikat. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan diri masuk Islam setelah diamdiam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. Di samping itu, gerakan-gerakan dalam shalat sekilas mirip gerakan yoga ataupun peregangan (stretching). Intinya, berguna untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan shalat dibandingkan gerakan lainnya adalah di dalam shalat kita lebih banyak menggerakkan anggota tubuh, termasuk jari-jari kaki dan tangan.

Sujud adalah latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

Masih dalam posisi sujud, manfaat lain yang bisa dinikmati kaum hawa adalah otot-otot perut (rectus abdominis dan obliqus abdominis externus) berkontraksi penuh saat pinggul serta pinggang terangkat melampaui kepala dan dada. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lebih lama yang membantu dalam proses persalinan. Karena di dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami, otot ini justru menjadi elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan dan mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).

Setelah melakukan sujud, kita melakukan gerakan duduk. Dalam shalat terdapat dua jenis duduk: iftirosy (tahiyat awal) dan tawaru’ (tahiyat akhir). Hal terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, di daerah ini terdapat tiga liang yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih. Saat tawarru’, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.

Pada dasarnya, seluruh gerakan shalat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung dengan lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar.

Menuru penelitian Prof. Dr. Muhammad Soleh dalam desertasinya yang berjudul “Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Neuroimunologi” dengan desertasi itu, Soleh berhasil meraih gelar doctor dalam bidang ilmu kedokteran pada program pasca sarjana Universitas Surabaya yang dipertahankannya beberapa waktu lalu.

Shalat tahajud ternyata bukan hanya sekedar shalat tambahan (sunah muakkad), tetapi jika dilakukan secara rutin dan ikhlas akan bisa mengatasi penyakit kanker. Secara medis, shalat tahajud mampu menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imunologi) khususnya pada imunoglobin M, G, A, dan limfositnya yang berupa persepsi serta motivasi positif. Selain itu, juga dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi.

Selama ini, ulama melihat ikhlas hanya sebagai persoalan mental psikis. Namun, sebetulnya permasalahan ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol dengan parameter kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah kortisol pada pagi hari normalnya antra 38-690 nmol/liter. Sedangkan pada malam hari atau setelah pukul 24.00, jumlah ini meningkat menjadi 69-345 nmol/liter.

“Kalau jumlah hormone kortisolnya normal, dapat diindikasikan bahwa orang tersebut tidak ikhlas karena merasa tertekan. Demikian juga sebaliknya,” ujarnya seraya menegaskan temuannya ini membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama Islam semata-mata dogma atau doktrin.

Menurut Dr. Soleh, orang stress biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan melakukan tahajud secara rutin dan disertai perasaan ihklas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respon imun yang baik serta besar kemungkinan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Berdasarkan perhitungan medis, shalat tahajud yang demikian menyebabkan seseorang memiliki ketahanan tubuh yang baik.

0 komentar:

ur coment

Melatih Diri Agar Senantiasa Berprasangka Baik

Oleh Endang TS Amir


Belum lama ini, aku mendengar berita miring tentang sikap tidak amanah seorang ikhwan. Atas berita itu, aku merasa kecewa kepada ikhwan tersebut. Aku menjadi tidak respek padanya. Aku terus ‘ngedumel’ dalam hati. Kok bisa ya, padahal jenggotnya panjang, istrinyapun memakai jilbab lebar. Aku terus berpikir, penampilan dan cara berpakaiannya menunjukkan sang ikhwan paham agama. Kok sampai?...
Cukup lama aku tenggelam dalam pikiran buruk tentang ikhwan itu. Hingga akhirnya, Allah mempertemukan kami dan kami terlibat perbincangan cukup lama. (Tentu saja ikhwan tersebut didampingi istrinya). Dari perbincangan itu, rasa respekku yang memudar akibat berita miring itu, perlahan-lahan tumbuh lagi. Dan tak henti-hentinya aku beristighfar di dalam hati di sela-sela perbincangan kami.
Akupun bersyukur kepada Allah. Dengan skenarioNya, Allah melindungiku dari prasangka buruk yang berkelanjutan terhadap saudara seiman. Dan atas kehendakNya, Allah bersihkan ikhwan tersebut dari segala dugaan-dugaan yang tidak benar melalui ‘perbincangan’ kami. Karena dari perbincangan itulah, aku jadi lebih paham tentang dirinya, bahwa sesungguhnya orang-orang salah sangka terhadap ikhwan ini.
***
Aku memiliki tetangga yang sudah bertetangga denganku lebih dari satu tahun-tetangga tesebut baru pindah ke komplek tempat kami tinggal. Jarak rumah kami sungguh dekat. Tapi aku belum pernah bertemu dengan penghuni rumah tersebut, apalagi ‘ngobrol’. Dan setiap aku lewat di depan rumahnya, kulihat pintu gerbangnya selalu di gembok. Kadang aku lihat mobilnya wara-wiri di depan rumah, dan kami hanya saling berlambaian tangan, dan itulah ‘komunikasi’-ku dengan tetanggaku itu. Terbersit dalam hati, kok begitu ya caranya bertetanggga. Sepertinya nggak mau ‘kenal’ orang. Nggak pernah ‘nenangga’, rumah juga tertutup rapat terus.
Seminggu yang lalu, tetanggaku ini menghubungiku, ia minta tolong agar dicarikan tenaga pembantu plus guru ngaji di rumahnya. Karena urusan tersebut, aku jadi berkesempatan berkunjung ke rumahnya. Dan dari kunjungan itulah, aku jadi lebih paham, mengapa ia tidak pernah ‘nenangga’, mengapa pintu rumah tertutup rapat dan pintu gerbang senantiasa digembok. Ternyata, si ibu ini memiliki 4 anak. 1 sudah belasan tahun dan 3 orang masih balita. Dan anak kedua yang berumur 5 tahun, berkebutuhan khusus. Masya Allah, pantas saja, ia tidak bisa bebas keluar rumah, pantas saja, rumah harus terus tertutup rapat (anaknya yang berkebutuhan khusus, tidak bisa melihat rumah terbuka).
Alhamdulillah…aku bersyukur, sekali lagi, Allah melindungiku dari prasangka buruk yang berkelanjutan. DiciptakanNya scenario, yang membuat aku dapat silahturrahim ke tetanggaku tersebut sehingga aku mendapat jawaban atas prasangka-prasangka burukku.
***
Dua pengalaman berharga yang membuat aku tersadar diri. Kita memang benar-benar tidak boleh berprasangka buruk. Jikapun kita menyaksikan sikap atau sifat seseorang “yang tidak mengenakkan”, kita tetap harus berpikir positif. Menyikapinya dengan cara pandang yang positif. Berusaha melihat, mungkin ada alasan yang dapat diterima, mengapa si A bersikap begini atau begitu.
Sebagai contoh, ada seorang ummahat yang kemudian diberi label “keras dan mau menang sendiri”. Pada mulanya aku sendiri agak tidak nyaman dengan sikapnya. Berangkat dari kesadaran tidak ingin berpikir buruk tentang orang lain, aku sedikit-sedikit mencari tahu tentang dirinya, berusaha lebih dekat dengannya. Walhasil, terjawablah teka-teki, kenapa sang ummahat yang terlihat paham agama, lulusan pesantren, tetapi “keras dan mau menang sendiri”. Ternyata, Ummahat ini berasal dari sebrang. Orangtuanya hingga kini masih hidup dan bukan penganut agama islam. Kemudian ia tinggalkan keluarganya demi memeluk islam. Sebagaimana diketahui, orang sebrang memiliki hubungan kekerabatan yang kuat dan erat. Bukan perkara mudah “pergi” meninggalkan orangtua dan kemudian berpindah agama. Justru dengan sikap keras dan mau menang sendirinya itulah yang membuat sang ummahat “kuat” meninggalkan orangtua dan agama nenek moyangnya demi Islam. Artinya, secara pribadi memang ia typical orang yang “keras”. Jika dilihat dari latar belakangnya, justru sifat “keras” itu yang menjadi kelebihannya.
Pada umumnya kita semua tahu bahwa berprasangka buruk itu dilarang. Tetapi, dalam keseharian kita, betapa sulit menghindar dari perilaku ini. Prasangka artinya membuat ‘keputusan’ sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Padahal Allah berfirman,”Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka! Karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujurat [49] : 12)
Dan Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ” Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling bohong.” (HR. Muttafaq’alaih)
Mustinya peringatan Allah tentang dosanya berprasangka buruk cukup membuat kita berhenti dari perbuatan tersebut. Berprasangka buruk, berkaitan erat dengan pola pikir negatif. Ketika menyikapi sebuah masalah atau kejadian, mindset kita tertuju kepada hal-hal yang buruk. Jadi hasilnya adalah prasangka-prasangka buruk yang berkembang. Dan ini harus dibenahi.
Saya menulis artikel inipun dengan niat, semoga tulisan ini menjadi tausiah pribadi. Semoga tulisan ini menjadi pengingat bagi saya ketika, prasangka-prasangka buruk memenuhi hati dan pikiran.
Wallahu’alam.
Ummuali.wordpress.com

2 komentar:

ur coment

Istri Shalihah Penyejuk Hati

Oleh Ali Mustofa

Cinta adalah fitrah pada manusia. Ketika cinta itu bersemi, maka dunia akan menjadi begitu indah. Ada yang bilang ”dunia serasa milik berdua, sedang yang lain cuma ngontrak”. Cinta yang suci akan membuat ia semakin dekat dengan Allah, karena memang cinta seperti ini dilandasi atas dasar cinta karena Allah. Sebaliknya cinta yang tidak suci akan semakin menjauhkan ia dengan Rabbnya.
Seorang pria tentunya mendambakan seorang wanita yang baik untuk menjadi pendamping hidupnya. Yang menaatinya, mampu mengurusi urusan rumah tangga, mendidik anak, sebagai sekretaris sang suami, dan lain-lain. Wanita shalihah yang akan berusaha selalu tampil mempesona ketika dihadapannya. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah Saw:
Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw bersabda “Sebaik-baik wanita adalah yang menawan hatimu bila engkau pandang, taat manakala engkau perintah, dan menjaga hartamu serta memelihara kehormatan diri-nya ketika engkau tidak ada di rumah.”(HR. Ibnu Jarir dan Al-Baihaqi).
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Tidak ada kewajiban yang harus ditunaikan oleh wanita, setelah hak Allah dan Rasul-Nya, yang lebih wajib daripada hak suami” (Majmu’ Fatawa. 32/260). Ketaatan istri ini adalah dalam rangka menaati Allah dan Rasul-Nya.
Bagi para pengemban dakwah, mereka ingin seorang pendamping yang juga siap men-support suaminya dalam melakukan tugas dakwah. Yang siap menghadapi resiko apapun ketika menghadapi tantangan-tantangan dakwah, yang tidak terlalu banyak menuntut, pandai bersyukur dan penuh kesabaran. Disamping itu ia juga tidak melupakan tugas dakwahnya. Istri yang akan menjadi pakaian dalam hidupnya.
Istri yang siap mengikhlaskan suaminya jika hendak pergi berjihad, bahkan kalau diperlukan ia juga ikut turut serta dalam medan Jihad. Sebagaimana para sahabiyah dahulu. Bukhari telah memberitakan dari Anas ra. dia berkata: “Pada hari peperangan Uhud ramai orang Islam yang terkocar-kacir dan terpisah dari Nabi Saw Dan aku lihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummi Sulaim tergesa-gesa membawa kantung Qirbah (terbuat dari kulit kambing) yang berisi air, memberi minum orang-orang yang dahaga dalam pertempuran itu. Sesudah habis mereka pergi lagi mengisi air dan memberi minum kepada tentara Islam yang berperang itu.” (Baihaqi 9:30).
Ibnu Abbas pernah mengatakan pasangan hidup yang sholeh (Al-azwaju shalihah) merupakan salah satu dari 7 indikator kebahagiaan dunia. Sungguh, istri yang shalihah adalah idaman bagi para pria, karena memiliki istri yang shalihah merupakan perhiasan paling baik dari dunia beserta isinya. “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang shalihah”. (HR. Muslim, Ibnu Majah).
Bagi para pria termasuk saya, berusahalah untuk menjadi pria yang shalih, sehingga pantas mendapatkan istri yang shalihah. Yang siap menunaikan kewajibannya sebagai suami, sebagai imam yang tangguh dan terpercaya.

sumber: eramuslim.com

0 komentar:

ur coment

Puasa membawanya kepada HIDAYAH ISLAM

by: suharyantoharyanto
 
Entah mengapa saya selalu terharu jika membaca kisah-kisah mu’alaf. Seandainya saya terlahir bukan dari keluarga muslim, apakah saya akan menemukan hidayah ?

Kisah ini saya kutip dari Swaramuslim.com, semoga bisa menginspirasi saudara-saudara kita yang lain.
Hidayah datang lewat berbagai cara. Seperti yang dialami oleh komedian bule Wahyu Suparno Putro Dale Collin Smith. Pria berdarah Scotlandia namun berkewarganegaraan Australia ini mengaku memeluk Islam lantaran ingin mengerjakan Salat Tarawih setelah ikut berpuasa Ramadan. Berikut kisahnya.


Tahun 1994 saya bekerja di Jogjakarta. Waktu itu saya dikontrak oleh sebuah penerbangan swasta di Indonesia, di bagian manajemen. Saat itu saya belum berkecimpung di dunia seni peran seperti sekarang ini. Kala itu saya beragama Budha. Dalam ajaran Budha kita diharuskan untuk belajar bertoleransi. Selama di Jogjakarta saya banyak bertemu dengan orang-orang yang beragama Islam. Saya kadang suka ikutan puasa bersama mereka saat Ramadan tiba. Alhamdulillah saya puasa full lho selama Bulan Ramadan itu.
Senang bisa puasa dan berbuka puasa bersama-sama mereka. Hanya saja saya merasa ada sedikit yang kurang dalam melaksanakan semua itu. Karena saya tidak bisa menjalani Salat Maghrib dan Salat Tarawih bersama teman-teman saya itu. Apa yang saya kerjakan terhenti begitu waktu berbuka puasa tiba. Hal itu berlangsung sampai tiga tahun lamanya.

Bangun Subuh
Selain itu, saya juga mengalami kejadian yang terbilang berbeda pula. Setiap hari saya selalu terbangun ketika azan Subuh berkumandang. Itu terjadi setiap hari tanpa terkecuali. Peristiwa itu akhirnya saya tanyakan kepada bapak angkat saya. Kebetulan ketika saya mulai tinggal di Jogja, saya bertemu dengan seorang bapak yang akhirnya saya anggap seperti ayah sendiri. Jadi kalau saya ada apa-apa biasanya bertanya kepadanya.
Waktu itu dia menyarankan saya untuk menanyakan hal itu kepada seorang ustadz yang biasa dipanggil Pak Haji, yang tinggal di belakang rumah saya. Saat itu Pak Haji bilang kalau kita terbiasa bangun subuh tanpa memakai jam beker, berarti malaikat mulai dekat dengan kita. Sehingga kita suka terbangun ketika subuh tiba. Dari situlah saya akhirnya mulai banyak belajar tentang Islam.

Lebih Tenang
Saya belajar Al Quran dari Pak Haji. Setelah saya merasa benar-benar mantap, akhirnya saya masuk Islam. Bukan berarti dalam agama Budha saya tidak merasa tenang, tetapi saya merasakan kalau ajaran Budha lebih mirip prinsip hidup daripada agama. Sementara Islam mengajari hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya. Jadi inilah yang membuat saya merasa cocok dan merasakan adanya ketenangan setelah
mempelajari Islam.


Kalau ditanya, kenapa saya beragama Budha bukannya Kristen. Itu mungkin disebabkan karena saya lebih tertarik dengan Budha. Kebetulan kedua orang tua saya tidak beragama. Mereka menyerahkan urusan agama kepada saya, mana yang saya rasa cocok ya silakan dipeluk. Dulu sewaktu saya berumur sekitar sepuluh tahunan, di sekolah saya banyak mendapatkan cerita tentang Gandhi. Beliau pribadi yang penuh kasih. Dan saya memang menyukai pribadi orang yang seperti itu. Saya tipe orang yang tidak bisa menyakiti orang. Saya tidak menyukai peperangan dan memukul orang. Waktu itu saya berpikir misi Budha cocok untuk saya. Makanya saya pilih Budha (Nyambung nggak ya sama Gandhi ? – amanah).
Tapi selama itu saya merasa ada sesuatu yang kurang dalam jiwa saya. Dan sekarang saya sudah dewasa dan jauh lebih matang. Jadi melihat segala sesuatunya tidak serba hitam putih saja. Namun ada sisi yang lain. Saya tidak langsung menurut dan terpengaruh atas apa yang saya baca. Saya melakukan sesuatu aras panggilan jiwa bukan hitam putih lagi.

Masuk Islam
Saya masuk Islam sekitar tahun 1999 di Jogjakarta, di sebuah mushola di belakang rumah saya. Sewaktu saya berikrar masuk Islam, saya sempat ditanya mengapa saya masuk Islam. Saya jelaskan kalau itu panggilan jiwa saya. Mereke bertanya seperti itu karena di sana baru saja terjadi suatu peristiwa, di mana terdapat suau kelompok orang yang masuk Islam, tapi belakangan diketahui dia masuk Islam dengan tujuan untuk merusak Islam dari dalam. Mereka bertanya apakah apakah saya termasuk kelompok itu. Ya saya jawab bukan, karena saya juga baru mendengar ada kejadian sepert itu untuk pertama kalinya. Saya katakan saya masuk Islam dari hati nurani. Sewaktu saya membaca shahadat saya terharu sekali, sampai menitikkan air mata. Saya merasa seperti ada yang menyentuh kepala saya.


Saya diberi nama muslim Wahyu oleh ayah angkat saya. Waktu itu saya meminta untuk tidak diberi nama Muhammad, karena hampir semua orang bule yang masuk Islam namanya Muhammad. Saya ingin berbeda. Saya juga mencantumkan nama bapak angkat saya Suparno di belakang nama Wahyu, untuk menghormati beliau.

Kebetulan kedua orang tua saya sudah meninggal dunia semua. Jadi saya sudah menganggap beliau seperti orang tua saya sendiri. Mereka tinggal di Jogjakarta saat ini. Setiap lebaran tiba, saya pasti merayakannya bersama mereka. Kini keinginan saya hanya satu, ingin bisa memberangkatkan haji keduanya. Setelah keduanya bisa berhaji, barulah saya mempersiapkan diri untuk berhaji.
Diambil dari kumpulan kisah mualaf tabloid Nurani, yang diterbitkan ke dalam buku Hidayah Allah untuk Para Pendeta, JP Books, Surabaya, Maret 2007.
 
sumber: http://suharyantoharyanto.wordpress.com

0 komentar:

ur coment