Shalahuddin Al Ayyubi, Pahlawan Islam dari 100 Medan Pertempuran (1137 - 1193 M)

Posted by: Admin on Sunday, May 22, 2005 - 01:15
SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI, namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih, menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa.

Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui "Siratun Nabawiyah". Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.

Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.

Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang Islam.

Seorang penulis Barat berkata, "Perang Salib merupakan salah satu bagian sejarah yang paling gila dalam riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang selama hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam mereka mengalami kegagalan, berakibat kelelahan dan keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan dana serta mengalami kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia yang tewas dalam medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit dan segala bentuk malapetaka yang dapat dibayangkan berkecamuk sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat saat itu memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi buta oleh Peter The Hermit dan para pengikutnya guna membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Muslimin".

"Setiap cara dan jalan ditempuh", kata Hallam guna membangkitkan kefanatikan itu. Selagi seorang tentara Salib masih menyandang lambang Salib, mereka berada di bawah lindungan gereja serta dibebaskan dari segala macam pajak dan juga untuk berbuat dosa.

Peter The Hermit sendiri memimpin gelombang serbuan yang kedua terdiri dari empat puluh ribu orang. Setelah mereka sampai ke kota Malleville mereka menebus kekalahan gelombang serbuan pertama dengan menghancurkan kota itu, membunuh tujuh ribu orang penduduknya yang tak bersalah, dan melampiaskan nafsu angkaranya dengan segala macam kekejaman yang tak terkendali. Gerombolan manusia fanatik yang menamakan dirinya tentara Salib itu mengubah tanah Hongaria dan Bulgaria menjadi daerah-daerah yang tandus.

"Bilamana mereka telah sampai ke Asia Kecil, mereka melakukan kejahatan-kejahatan dan kebuasan-kebuasan yang membuat alam semesta menggeletar" demikian tulis pengarang Perancis Michaud.

Gelombang serbuan tentara Salib ketiga yang dipimpin oeh seorang Rahib Jerman, menurut pengarang Gibbon terdiri dari sampah masyarakat Eropa yang paling rendah dan paling dungu. Bercampur dengan kefanatikan dan kedunguan mereka itu izin diberikan guna melakukan perampokan, perzinaan dan bermabuk-mabukan. Mereka melupakan Konstantin dan Darussalam dalam kemeriahan pesta cara gila-gilaan dan perampokan, pengrusakan dan pembunuhan yang merupakan peninggalan jelek dari mereka atas setiap daerah yang mereka lalui" kata Marbaid.

Gelombang serbuan tentara Salib keempat yang diambil dari Eropa Barat, menurut keterangan penulis Mill "terdiri dari gerombolan yang nekat dan ganas. Massa yang membabi buta itu menyerbu dengan segala keganasannya menjalankan pekerjaan rutinnya merampok dan membunuh. Tetapi akhirnya mereka dapat dihancurkan oleh tentara Hongaria yang naik pitam dan telah mengenal kegila-gilaan tentara Salib sebelumnya.

Tentara Salib telah mendapat sukses sementara dengan menguasai sebagian besar daerah Syria dan Palestina termasuk kota suci Yerusalem. Tetapi Kemenangan-kemenangan mereka ini telah disusul dengan keganasan dan pembunuhan terhadap kaum Muslimin yang tak bersalah yang melebihi kekejaman Jengis Khan dan Hulagu Khan.

John Stuart Mill ahli sejarah Inggris kenamaan, mengakui pembunuhan-pembunuhan massal penduduk Muslim ini pada waktu jatuhnya kota Antioch. Mill menulis: "Keluruhan usia lanjut, ketidakberdayaan anak-anak dan kelemahan kaum wanita tidak dihiraukan sama sekali oleh tentara Latin yang fanatik itu. Rumah kediaman tidak diakui sebagai tempat berlindung dan pandangan sebuah masjid merupakan pembangkit nafsu angkara untuk melakukan kekejaman. Tentara Salib menghancurleburkan kota-kota Syria, membunuh penduduknya dengan tangan dingin, dan membakar habis perbendaharaan kesenian dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga, termasuk "Kutub Khanah" (Perpustakaan) Tripolis yang termasyhur itu. "Jalan raya penuh aliran darah, sehingga keganasan itu kehabisan tenaga," kata Stuart Mill. Mereka yang cantik rupawan disisihkan untuk pasaran budak belian di Antioch. Tetapi yang tua dan yang lemah dikorbankan di atas panggung pembunuhan.

Lewat pertengahan abad ke-12 Masehi ketika tentara Salib mencapai puncak kemenangannya dan Kaisar Jerman, Perancis serta Richard Lionheart Raja Inggris telah turun ke medan pertempuran untuk turut merebut tanah suci Baitul Maqdis, gabungan tentara Salib ini disambut oleh Sultan Shalahuddin al Ayyubi (biasa disebut Saladin), seorang Panglima Besar Muslim yang menghalau kembali gelombang serbuan umat Nasrani yang datang untuk maksud menguasai tanah suci. Dia tidak saja sanggup untuk menghalau serbuan tentara Salib itu, akan tetapi yang dihadapi mereka sekarang ialah seorang yang berkemauan baja serta keberanian yang luar biasa yang sanggup menerima tantangan dari Nasrani Eropa.

Siapakah Shalahuddin? Bagaimana latar belakang kehidupannya?

Shalahuddin dilahirkan pada tahun 1137 Masehi. Pendidikan pertama diterimanya dari ayahnya sendiri yang namanya cukup tersohor, yakni Najamuddin al-Ayyubi. Di samping itu pamannya yang terkenal gagah berani juga memberi andil yang tidak kecil dalam membentuk kepribadian Shalahuddin, yakni Asaduddin Sherkoh. Kedua-duanya adalah pembantu dekat Raja Syria Nuruddin Mahmud.

Asaduddin Sherkoh, seorang jenderal yang gagah berani, adalah komandan Angkatan Perang Syria yang telah memukul mundur tentara Salib baik di Syria maupun di Mesir. Sherkoh memasuki Mesir dalam bulan Februari 1167 Masehi untuk menghadapi perlawanan Shawer seorang menteri khalifah Fathimiyah yang menggabungkan diri dengan tentara Perancis. Serbuan Sherkoh yang gagah berani itu serta kemenangan akhir yang direbutnya dari Babain atas gabungan tentara Perancis dan Mesir itu menurut Michaud �memperlihatkan kehebatan strategi tentara yang bernilai ringgi.�

Ibnu Aziz AI Athir menulis tentang serbuan panglima Sherkoh ini sebagai berikut: "Belum pernah sejarah mencatat suatu peristiwa yang lebih dahsyat dari penghancuran tentara gabungan Mesir dan Perancis dari pantai Mesir, oleh hanya seribu pasukan berkuda".

Pada tanggal 8 Januari 1169 M Sherkoh sampai di Kairo dan diangkat oleh Khalifah Fathimiyah sebagai Menteri dan Panglima Angkatan Perang Mesir. Tetapi sayang, Sherkoh tidak ditakdirkan untuk lama menikmati hasil perjuangannya. Dua bulan setelah pengangkatannya itu, dia berpulang ke rahmatullah.

Sepeninggal Sherkoh, keponakannya Shalahuddin al-Ayyubi diangkat jadi Perdana Menteri Mesir. Tak seberapa lama ia telah disenangi oleh rakyat Mesir karena sifat-sifatnya yang pemurah dan adil bijaksana itu. Pada saat khalifah berpulang ke rahmatullah, Shalahuddin telah menjadi penguasa yang sesungguhnya di Mesir.

Di Syria, Nuruddin Mahmud yang termasyhur itu meninggal dunia pada tahun 1174 Masehi dan digantikan oleh putranya yang berumur 11 tahun bernama Malikus Saleh. Sultan muda ini diperalat oleh pejabat tinggi yang mengelilinginya terutama (khususnya) Gumushtagin. Shalahuddin mengirimkan utusan kepada Malikus Saleh dengan menawarkan jasa baktinya dan ketaatannya. Shalahuddin bahkan melanjutkan untuk menyebutkan nama raja itu dalam khotbah-khotbah Jumatnya dan mata uangnya. Tetapi segala macam bentuk perhatian ini tidak mendapat tanggapan dari raja muda itu berserta segenap pejabat di sekelilingnya yang penuh ambisi itu. Suasana yang meliputi kerajaan ini sekali lagi memberi angin kepada tentara Salib, yang selama ini dapat ditahan oleh Nuruddin Mahmud dan panglimanya yang gagah berani, Jenderal Sherkoh.

Atas nasihat Gumushtagin, Malikus Saleh mengundurkan diri ke kota Aleppo, dengan meninggalkan Damaskus diserbu oleh tentara Perancis. Tentara Salib dengan segera menduduki ibukota kerajaan itu, dan hanya bersedia untuk menghancurkan kota itu setelah menerima uang tebusan yang sangat besar. Peristiwa itu menimbulkan amarah Shalahuddin al-Ayyubi yang segera ke Damaskus dengan suatu pasukan yang kecil dan merebut kembali kota itu.

Setelah ia berhasil menduduki Damaskus dia tidak terus memasuki istana rajanya Nuruddin Mahmud, melainkan bertempat di rumah orang tuanya. Umat Islam sebaliknya sangat kecewa akan tingkah laku Malikus Saleh. dan mengajukan tuntutan kepada Shalahuddin untuk memerintah daerah mereka. Tetapi Shalahuddin hanya mau memerintah atas nama raja muda Malikus Saleh. Ketika Malikus Saleh meninggal dunia pada tahun 1182 Masehi, kekuasaan Shalahuddin telah diakui oleh semua raja-raja di Asia Barat.

Diadakanlah gencatan senjata antara Sultan Shalahuddin dan tentara Perancis di Palestina, tetapi menurut ahli sejarah Perancis Michaud: "Kaum Muslimin memegang teguh perjanjiannya, sedangkan golongan Nasrani memberi isyarat untuk memulai lagi peperangan." Berlawanan dengan syarat-syarat gencatan senjata, penguasa Nasrani Renanud atau Reginald dari Castillon menyerang suatu kafilah Muslim yang lewat di dekat istananya, membunuh sejumlah anggotanya dan merampas harta bendanya.

Lantaran peristiwa itu Sultan sekarang bebas untuk bertindak. Dengan siasat perang yang tangkas Sultan Shalahuddin mengurung pasukan musuh yang kuat itu di dekat bukit Hittin pada tahun 1187 M serta menghancurkannya dengan kerugian yang amat besar. Sultan tidak memberikan kesempatan lagi kepada tentara Nasrani untuk menyusun kekuatan kembali dan melanjutkan serangannya setelah kemenangan di bukit Hittin. Dalam waktu yang sangat singkat dia telah dapat merebut kembali sejumlah kota yang diduduki kaum Nasrani, termasuk kota-kota Naplus, Jericho, Ramlah, Caosorea, Arsuf, Jaffa dan Beirut. Demikian juga Ascalon telah dapat diduduki Shalahuddin sehabis pertempuran yang singkat yang diselesaikan dengan syarat-syarat yang sangat ringan oleh Sultan yang berhati mulia itu.

Sekarang Shalahuddin menghadapkan perhatian sepenuhnya terhadap kota Jerusalem yang diduduki tentara Salib dengan kekuatan melebihi enam puluh ribu prajurit. Ternyata tentara salib ini tidak sanggup menahan serbuan pasukan Sultan dan menyerah pada tahun 1193. Sikap penuh perikemanusiaan Sultan Shalahuddin dalam memperlakukan tentara Nasrani itu merupakan suatu gambaran yang berbeda seperti langit dan bumi, dengan perlakuan dan pembunuhan secara besar-besaran yang dialami kaum Muslimin ketika dikalahkan oleh tentara Salib sekitar satu abad sebelumnya.

Menurut penuturan ahli sejarah Michaud, pada waktu Jerusalem direbut oleh tentara Salib pada tahun 1099 Masehi, kaum Muslimin dibunuh secara besar-besaran di jalan-jalan raya dan di rumah-rumah kediaman. Jerusalem tidak memiliki tempat berlindung bagi umat Islam yang menderita kekalahan itu. Ada yang melarikan diri dari cengkeraman musuh dengan menjatuhkan diri dari tembok-tembok yang tinggi, ada yang lari masuk istana, menara-menara, dan tak kurang pula yang masuk masjid. Tetapi mereka tidak terlepas dari kejaran tentara Salib. Tentara Salib yang menduduki masjid Umar di mana kaum Muslimin dapat bertahan untuk waktu yang singkat. mengulangl lagi tindakan-tindakan yang penuh kekejaman. Pasukan infanteri dan kavaleri menyerbu kaum pengungsi yang lari tunggang langgang. Di tengah-tengah kekacaubalauan kaum peenyerbu itu yang terdengar hanyalah erangan dan teriakan maut. Pahlawan Salib yang berjasa itu berjalan menginjak-injak tumpukan mayat Muslimin, mengejar mereka yang masih berusaha dengan sia-sia melarikan diri. Raymond d' Angiles yang menyaksikan peristiwa itu mengatakan bahwa �di serambi masjid mengalir darah sampai setinggi lutut, dan sampai ke tali tukang kuda prajurit.�

Penyembelihan manusia biadab ini berhenti sejenak, ketika tentara Salib berkumpul untuk melakukan misa syukur atas kemenangan yang telah mereka peroleh. Tetapi setelah beribadah itu, mereka melanjutkan kebiadaban dengan keganasan. �Semua tawanan� kata Michaud, �yang tertolong nasibnya karena kelelahan tentara Salib yang semula tertolong karena mengharapkan diganti dengan uang tebusan yang besar, semua dibunuh dengan tanpa ampun. Kaum Muslimin terpaksa menjatuhkan diri mereka dari menara dan rumah kediaman; mereka dibakar hidup-hidup, mereka diseret dari tempat persembunyiannya di bawah tanah; mereka dipancing dari tempat perlindungannya agar keluar untuk dibunuh di atas timbunan mayat.�

Cucuran air mata kaum wanita, pekikan anak-anak yang tak bersalah, bahkan juga kenangan dari tempat di mana Nabi lsa memaafkan algojo-algojonya, tidak dapat meredakan nafsu angkara tentara yang menang itu. Penyembelihan kejam itu berlangsung selama seminggu. Dan sejumlah kecil yang dapat melarikan diri dari pembunuhan jatuh menjadi budak yang hina dina.

Seorang ahli sejarah Barat, Mill menambahkan pula: �Telah diputuskan, bahwa kaum Muslimin tidak boleh diberi ampun. Rakyat yang ditaklukkan oleh karena itu harus diseret ke tempat-tempat umum untuk dibunuh hidup-hidup. Ibu-ibu dengan anak yang melengket pada buah dadanya, anak-anak laki-laki dan perempuan, seluruhnya disembelih. Lapangan-Iapangan kota, jalan-jalan raya, bahkan pelosok-pelosok Jerusalem yang sepi telah dipenuhi oleh bangkai-bangkai mayat laki-laki dan perempuan, dan anggota tubuh anak-anak. Tiada hati yang menaruh belas kasih atau teringat untuk berbuat kebajikan.�

Demikianlah rangkaian riwayat pembantaian secara masal kaum Muslimin di Jerusalem sekira satu abad sebelum Sultan Shalahuddin merebut kembali kota suci, di mana lebih dari tujuh puluh ribu umat Islam yang tewas.

Sebaliknya, ketika Sultan Shalahuddin merebut kembali kota Jerusalem pada tahun 1193 M, dia memberi pengampunan umum kepada penduduk Nasrani untuk tinggal di kota itu. Hanya para prajurit Salib yang diharuskan meninggalkan kota dengan pembayaran uang tebusan yang ringan. Bahkan sering terjadi bahwa Sultan Shalahuddin yang mengeluarkan uang tebusan itu dari kantongnya sendiri dan diberikannya pula kemudian alat pengangkutan. Sejumlah kaum wanita Nasrani dengan mendukung anak-anak mereka datang menjumpai Sultan dengan penuh tangis seraya berkata: �Tuan saksikan kami berjalan kaki, para istri serta anak-anak perempuan para prajurit yang telah menjadi tawanan Tuan, kami ingin meninggalkan negeri ini untuk selama-lamanya. Para prajurit itu adalah tumpuan hidup kami. Bila kami kehilangan mereka akan hilang pulalah harapan kami. Bilamana Tuan serahkan mereka kepada kami mereka akan dapat meringankan penderitaan kami dan kami akan mempunyai sandaran hidup.�

Sultan Shalahuddin sangat tergerak hatinya dengan permohonan mereka itu dan dibebaskannya para suami kaum wanita Nasrani itu. Mereka yang berangkat meninggalkan kota, diperkenankan membawa seluruh harta bendanya. Sikap dan tindakan Sultan Shalahuddin yang penuh kemanusiaan serta dari jiwa yang mulia ini memperlihatkan suasana kontras yang sangat mencolok dengan penyembelihan kaum Muslimin di kota Jerusalem dalam tangan tentara Salib satu abad sebe1umnya. Para komandan pasukan tentara Shalahuddin saling berlomba dalam memberikan pertolongan kepada tentara Salib yang telah dikalahkan itu.

Para pelarian Nasrani dari kota Jerusalem itu tidaklah mendapat perlindungan oleh kota-kota yang dikuasai kaum Nasrani. �Banyak kaum Nasrani yang meninggalkan Jerusalem,� kata Mill, pergi menuju Antioch, tetapi panglima Nasrani Bohcmond tidak saja menolak memberikan perlindungan kepada mcreka, bahkan merampasi harta benda mereka. Maka pergilah mereka menuju ke tanah kaum Muslimin dan diterima di sana dengan baik. Michaud mcmberikan keterangan yang panjang lebar tentang sikap kaum Nasrani yang tak berperikemanusiaan ini terhadap para pelarian Nasrani dari Jerusalem. Tripoli menutup pintu kotanya dari pengungsi ini, kata Michaud. �Seorang wanita karena putus asa melemparkan anak bayinya ke dalam laut sambil menyumpahi kaum Nasrani yang menolak untuk memberikan pertolongan kepadanya,� kata Michaud. Sebaliknya Sultan Shalahuddin bersikap penuh timbang rasa terhadap kaum Nasrani yang ditaklukkan itu. Sebagai pertimbangan terhadap perasaan mereka, dia tidak memasuki Jerusalem sebelum mereka meninggalkannya.

Dari Jerusalem Sultan Shalahuddin mengarahkan pasukannya ke kota Tyre, di mana tentara Salib yang tidak tahu berterima kasih terhadap Sultan Shalahuddin yang telah mengampuninya di Jerusalem, menyusun kekuatan kembali untuk melawan Sultan. Sultan Shalahuddin menaklukkan sejumlah kota yang diduduki oleh tentara Salib di pinggir pantai, termasuk kota Laodicea, Jabala, Saihun, Becas, dan Debersak. Sultan telah melepas hulu balang Perancis bernama Guy de Lusignan dengan perjanjian, bahwa dia harus segera pulang ke Eropa. Tetapi tidak lama setelah pangeran Nasrani yang tak tahu berterima kasih ini mendapatkan kebebasannya, dia mengingkari janjinya dan mengumpulkan suatu pasukan yang cukup besar dan mengepung kota Ptolemais.

Jatuhnya Jerusalem ke tangan kaum Muslimin menimbulkan kegusaran besar di kalangan dunia Nasrani. Sehingga mereka segera mengirimkan bala bantuan dari seluruh pelosok Eropa. Kaisar Jerman dan Perancis serta raja Inggris Richard Lion Heart segera berangkat dengan pasukan yang besar untuk merebut tanah suci dari tangan kaum Muslimin. Mereka mengepung kota Akkra yang tidak dapat direbut selama berapa bulan. Dalam sejumlah pertempuran terbuka, tentara Salib mengalami kekalahan dengan meninggalkan korban yang cukup besar.

Sekarang yang harus dihadapi Sultan Shalahuddin ialah berupa pasukan gabungan dari Eropa. Bala bantuan tentara Salib mengalir ke arah kota suci tanpa putus-putusnya, dan sungguh pun kekalahan dialami mereka secara bertubi-tubi, namun demikian tentara Salib ini jumlah semakin besar juga. Kota Akkra yang dibela tentara Islam berbulan-bulan lamanya menghadapi tentara pilihan dari Eropa, akhirnya karena kehabisan bahan makanan terpaksa menyerah kepada musuh dengan syarat yang disetujui bersama secara khidmat, bahwa tidak akan dilakukan pembunuhan-pembunuhan dan bahwa mereka diharuskan membayar uang tebusan sejumlah 200.000 emas kepada pimpinan pasukan Salib. Karena kelambatan dalam suatu penyelesaian uang tebusan ini, Raja Richard Lionheart menyuruh membunuh kaum Muslimin yang tak berdaya itu dengan dan hati yang dingin di hadapan pandangan mata saudara sesama kaum Muslimin.

Perilaku Raja Inggris ini tentu saja sangat menusuk perasaan hati Sultan Shalahuddin. Dia bernadzar untuk menuntut bela atas darah kaum Muslimin yang tak bersalah itu. Dalam pertempuran yang berkecamuk sepanjang 150 mil garis pantai, Sultan Shalahuddin memberikan pukulan-pukulan yang berat terhadap tentara Salib.

Akhirnya Raja Inggris yang berhati singa itu mengajukan permintaan damai yang diterima oleh Sultan. Raja itu merasakan bahwa yang dihadapinya adalah seorang yang berkemauan baja dan tenaga yang tak terbatas serta menyadari betapa sia-sianya melanjutkan perjuangan terhadap orang yang demikian itu. Dalam bulan September 1192 Masehi dibuatlah perjanjian perdamaian. Tentara Salib itu meninggalkan tanah suci dengan ransel dengan barang-barangnya kembali menuju Eropa.

"Berakhirlah dengan demikian serbuan tentara Salib itu" tulis Michaud "di mana gabungan pasukan pilihan dari Barat merebut kemenangan tidak lebih daripada kejatuhan kota Akkra dan kehancuran kota Askalon. Dalam pertempuran itu Jerman kehilangan seorang kaisarnya yang besar beserta kehancuran tentara pilihannya. Lebih dari enam ratus ribu orang pasukan Salib mendarat di depan kota Akkra dan yang kembali pulang ke negerinya tidak lebih dari seratus ribu orang. Dapatlah dipahami mengapa Eropa dengan penuh kesedihan menerima hasil perjuangan tentara Salib itu, oleh karena yang turut dalam pertempuran terakhir adalah tentara pilihan. Bunga kesatria Barat yang menjadi kebanggaan Eropa telah turut dalam pertempuran ini.

Sultan Shalahuddin mengakhiri sisa-sisa hidupnya dengan kegiatan-kegiatan bagi kesejahteraan masyarakat dengan membangun rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruan-perguruan tinggi serta masjid-masjid di seluruh daerah yang diperintahnya.

Tetapi sayang, dia tidaklah ditakdirkan untuk lama merasakan nikmat perdamaian. Beberapa bulan kemudian dia pulang ke rahmatullah pada tanggal 4 Maret tahun 1193. "Hari itu merupakan hari musibah besar, yang belum pernah dirasakan oleh dunia Islam dan kaum Muslimin, semenjak mereka kehilangan Khulafa Ar-Rasyidin" demikian tulis seorang penulis Islam. Kalangan Istana seluruh daerah kerajaan berikut seluruh umat Islam tenggelam dalam lautan duka nestapa. Seluruh isi kota mengikuti usungan jenazahnya ke kuburan dengan penuh kesedihan dan tangisan.

Demikianlah berakhirnya kehidupan Sultan Shalahuddin, seorang raja yang sangat dalam perikemanusiaannya dan tak ada tolok bandingannya, jiwa kepahlawanan yang dimilikinya dalam sejarah kemanusiaan. Dalam pribadinya, Allah telah melimpahkan hati seorang Muslim yang penuh kasih sayang terhadap kemanusiaan dicampur dengan sangat harmonis dengan keperkasaan seorang genius dalam medan pertempuran. Utusan yang menyampaikan berita kematiannnya itu ke Baghdad membawa serta baju perangnya, kudanya, uang sebanyak satu dinar dan 36 dirham sebagai milik pribadinya yang masih ketinggalan. Orang yang hidup satu zaman dengannya, serta segenap ahli sejarah sama sependapat bahwa Sultan Shalahuddin adalah seorang yang sangat lemah lembut hatinya, ramah tamah, sabar, seorang sahabat yang baik dari kaum cendekiawan dan golongan ulama yang diperlakukannya dengan rasa hormat yang mendalam serta dengan penuh kebajikan. "Di Eropa" tulis Philip K Hitti, dia telah menyentuh alam khayalan para penyanyi maupun para penulis novel zaman sekarang, dan masih tetap dinilai sebagai suri teladan kaum kesatria.

Semoga Allah melapangkan kuburnya.

Disarikan dari:

1. Shalahuddin al-Ayyubi, oleh Kwaja Jamil Ahmad (Lihat: Suara Masjid No. 91, Jumadil Akhir-Rajab 1402 H/April 1982 M)

2. The Preaching of Islam, oleh Thomas W. Arnold.

NB:

- "Shalahuddin", kadang ditulis dengan ejaan: Saladin (biasanya oleh Barat), Sholahuddin, atau Salahuddin.

- Saat ini, sineas Barat sedang membuat film berjudul "Kingdom of Heaven". Film tersebut, terlepas benar atau tidaknya isi cerita, berkaitan dengan tokoh Shalahuddin ini.
sumber:  Hudzaifah.org 

0 komentar:

ur coment

Al-Qur`an Membawanya Terbang Ke Negeri Kanguru

Oleh M. Arif As-Salman

Ia masih berdiri penuh khusyuk di atas hamparan sajadah yang mulai tampak lusuh itu. Sajadah yang telah bertahun-tahun menemani tahajud-nya. Ia rasakan dirinya tengah berdiri di hadapan Allah yang Maha Agung, yang melihat setiap gerak-geriknya, mendengarkan semua yang ia ucapkan. Tuhan yang mengetahui segala isi hatinya.

Air matanya mengalir deras. Jiwanya berguncang hebat. Hampir saja ia jatuh pingsan. Ayat-ayat yang ia baca membuat dadanya bergemuruh. Perasaannya diaduk-aduk oleh keindahan ayat-ayat Sang Maha Pengasih. Ketika ia membaca ayat-ayat tentang azab hatinya dipenuhi rasa takut yang luar biasa. Ia membayangkan bahwa dirinya yang tengah diseret para malaikat berwajah bengis ke jurang neraka. Ia merasa dirinyalah yang dibakar di dalamnya. Begitulah setiap malam. Tak pernah absen. Tak pernah tertinggal.

"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa pada Tuhannya dengan penuh rasa takut dan penuh harap.." (QS As-Sajdah: 16).

Cintanya pada Sang Pencipta telah melebihi segala cinta. Yang tak terduakan oleh siapapun dan apa saja. Kerinduannya pada Sang Pemilik Jiwa tak lagi dapat ia bendung. Air mata kerinduan selalu membasahi taman hatinya. Saat di sepertiga akhir malam lah ia merasa dapat melabuhkan penuh utuh rasa cinta yang menyesak itu pada Sang Kekasih. Namun demikian, kerinduannya semakin memuncak dan tak tertahankan.

Ia tinggalkan kasur yang empuk demi merasakan nikmatnya bercinta dan bermunajat dengan Penguasa Setiap Jiwa. Ia lawan rasa kantuk yang bergelayut di pelupuk mata demi menumpahkan gejolak jiwa yang selalu menyesak di dada. Ia tahan berdiri panjang di atas hamparan sajadah demi mentababburi setiap ayat yang ia baca. Ia jatuhkan keningnya ke atas bumi demi menghinakan dirinya di hadapan Tuhan yang Maha Mulia. Cinta dan rindu telah membuatnya gila. Cinta dan rindu telah menjadikannya mabuk dalam rasa yang tak terkira.

Allah maha besar! Tidak ada yang lebih Agung dari Allah untuk disembah. Kepada-Nya semua makhluk akan dikembalikan. Ia berdiri penuh tunduk di hadapan Allah. Di hadapan Tuhan maha Agung yang ia cintai dengan segenap hatinya. Ia merasa dirinya begitu kerdil dan hina di hadapan Allah. Di hadapan Tuhan yang menciptakan langit bertingkat-tingkat. Di hadapan Tuhan yang menciptakan gugusan bintang-bintang. Di hadapan Tuhan yang menciptakan matahari, bulan dan segenap apa yang ada di jagat raya. Setiap ayat yang ia baca, ia tadabburi. Ia resapi dalam-dalam maknanya. Ia baca dengan penuh penghayatan jiwa.

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Alif laam miim. Turunnya al-Qur`an yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan, "Dia Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya al-Qur`an itu adalah kebenaran dari Rabb-mu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu, mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk. Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.Yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur."

"Dan mereka berkata, "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?" Bahkan mereka ingkar akan menemui Tuhannya. Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan."

"Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), 'Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin'. Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap- tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari padaKu, 'Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama'. Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan."

Tangisnya semakin pecah dan berderai. Ia seolah tak sanggup untuk berdiri. Dadanya bergemuruh hebat. Rasa takut luar biasa mencekam hatinya. Tubuhnya bergetar hebat. Ia menggigil. Ayat itu kembali ia ulang.

"Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama'. Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya ..."

Pemuda yang bernama Utsman itu tidak kuasa lagi melanjutkan bacaannya. Tangisnya semakin deras. Ia ulangi lagi dengan sekuat tenaganya, tapi tetap tak bisa. Nafasnya tidak beraturan. Dadanya semakin sesak. Ia kerahkan lagi seluruh kemampuannya. Ia tak sanggup lagi untuk bertahan, tiba-tiba ia rasakan tulang-tulangnya dilolosi satu persatu, ia jatuh tak sadarkan diri.

"Assalamu`alaikum akhi Utsman, maaf jika sekiranya saya mengganggu," seorang pemuda memakai kopiah putih, berkacamata minus dan memakai baju koko berwarna biru tua dan sarung cokelat mendekati Utsman yang tengah khusyuk membaca Adzkar Pagi sambil menunggu waktu syuruq di Mesjid Nurul Huda, Kawasan Gamik.

"Wa`alaikum salam akhi Junaidi, apa kabar? Ada yang bisa saya bantu?" balas Utsman penuh senyum dan ramah.

"Alhamdulillah sehat. Begini akhi, saya dapat info melalui Milis KMM tentang tawaran jadi Imam Tarawih Ramadhan di Australia. Saya kira info ini sangat bermanfaat buat akhi. Ini kertas pengumumannya saya print tadi malam di warnet," lanjut Junaidi sambil memperlihatkan dua lembar kertas pada Utsman.

Utsman meraih dua lembar kertas itu. Ia baca sekilas. Ia amati isinya.

"Bagaima akhi?"

"Tawaran yang menarik. Terima kasih banyak infonya akhi. Insya Allah saya akan coba mengikuti tesnya nanti. Mudah-mudahan Allah berkenan memberi taufik-Nya pada saya untuk menjadi yang diterima, insya Allah."

"Insya Allah, akhi. Saya tidak meragukan kemampuan akhi. Saya sangat yakin 100% akhi bisa lulus dalam seleksi nanti, insya Allah."

"Amin. Mohon doanya akhi."

"Insya Allah akhi, mungkin itu dulu, saya harus pulang cepat, saya hari ini ada tugas piket masak. Jika ada hal yang perlu saya bantu, akhi nanti tinggal menghubungi saya."

"Insya Allah, terima kasih infonya dan juga bantuannya, semoga Allah membalas kebaikan akhi, amin."

"Amin."

"Baik, saya pamit dulu ya, assalamu`alaikum," ucap Junaidi sambil menyalami Utsman penuh hangat.

"Wa`alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh."

Empat hari berlalu. Utsman dan Junaidi bertemu kembali di mesjid Nurul Huda selepas shalat ashar. Saat itu Utsman tengah membaca Adzkar Petang. Junaidi agak berat mendekati Utsman. Ia mencoba menahan diri dengan mengulang hafalan al-Qur`an sambil menunggu selesainya Utsman membaca Adzkar Petang. Setengah jam lebih berlalu. Utsman terlihat selesai membaca Adzkar Petang yang menjadi rutinitas hariannya. Junaidi segera menghampiri Utsman.

"Assalamu`alaikum Utsman."

"Wa`alaikum salam akhi Junaid. Apa kabarnya?"

"Alhamdulillah saya sehat, semoga akhi juga sehat, amin."

"Alhamdulillah saya juga sehat."

"Bagaiman tentang tawaran kemaren. Jadi akhi ikut?"

"Insya Allah. Semua persyaratan sudah dikirim via email pada Panitia. Tinggal mengikuti tesnya besok di Markaz PERSIS. Mohon doanya ya, semoga saya sukses."

"Insya Allah, saya akan bantu dengan do`a. Saya yakin akhi bisa lulus."

"Bagaimana akhi begitu yakin pada saya?"

"Karena saya melihat tajwid akhi bagus sekali. Begitu juga iramanya, mantap banget."
"Dari mana akhi tahu kalau bacaan saya bagus?"

"Ketika akhi jadi imam shalat jahr di mesjid ini dan sewaktu jadi imam tarawih di mesjid ini juga."

"Menurut saya, masih banyak yang lain yang lebih baik dari saya. Akhi terlalu berlebihan menilai."

"Saya kira, saya tidak berlebihan menilai. Ini betul-betul penilaian yang natural, setelah saya coba bandingkan dengan bacaan teman-teman yang pernah saya dengar. Mereka masih kalah jauh dari akhi. Saya cukup terkagum dengan bacaan akhi. Saya merasakan akhi membaca dengan ikhlas, penuh penghayatan dan tadabbur. Betul-betul mampu mengetuk hati dan mengaduk rasa. Itulah yang saya rasakan setiap kali shalat di belakang akhi saat akhi memimpin shalat jamaah. Tidak hanya saya yang merasakan itu, tapi teman-teman lain juga merasakannya."

"Saya hanya biasa saja akhi. Jika memang ada kebaikan, itu semua adalah pemberian Allah semata."

"Ya, saya tahu itu adalah anugerah dari Allah pada hamba-hamba yang Ia pilih di bumi untuk menjadi ahli-Nya. Satu lagi, sewaktu akhi jadi imam dua hari yang lalu, ketika akhi membaca surat al-Qiyamah, seorang kakek yang usianya saya taksir 60 tahun menangis tersedu-sedu mendengar bacaan akhi. Sepertinya beliau begitu meresapi dan menghayati bacaan yang ia dengar."

"Alhamdulillah, semuanya adalah pemberian Allah."

"Boleh saya bertanya pada akhi?"

"Iya, silahkan. Saya akan menjawab sebisanya."

"Bisa diceritakan bagaimana proses akhi menghafal al-Quran sampai menjadi seperti sekarang ini?"

"Apa yang perlu saya ceritakan dan apa yang ingin akhi ketahui tentang saya?"

"Mungkin bisa diceritakan masa lalu, bagaimana orang tua mendidik akhi dan adik-adik akhi?"

"Baiklah. Saya akan sedikit bercerita pada akhi, mudah-mudahan ada pelajaran yang bisa diambil, insya Allah. Saya tinggal di kampung, tepatnya di sebuah kampung bernama Nagari Kamang-Hilir. Ayah saya hanya seorang petani. Sehari-hari ke sawah dan ke ladang. Berangkat pagi selepas shalat duha dan pulang sebelum ashar. Sedangkan Ibu saya seorang Ibu rumah tangga. Alhamdulillah ayah dan ibu telah selesai menghafal al-Quran saat masih sekolah tingkat Tsanawiyah. Bahkan sewaktu malam pengantin mereka lewati dengan membaca al-Quran dari setelah isya menjelang subuh. Niat mereka agar semua anak-anak yang lahir menjadi penghafal dan pecinta al-Quran. Kami bersaudara berempat. Saya anak pertama dan terakhir adalah perempuan. Sejak kecil saya telah diajarkan membaca al-Quran. Tepatnya sejak umur 2 tahun saya telah diajarkan mengenal huruf-huruf hijaiyah dan membaca al-Qur`an. Pada umur 6 tahun saya telah selesai menghafal al-Qur`an."

"Bagaimana dengan adik-adik akhi?"

"Orang tua kami menerapkannya pada kami semua. Alhamdulillah pada usia 6 tahun kami semua telah selesai menghafal al-Qur`an. Selanjutnya dari umur 6-8 tahun kami mulai menghafal Kitab Sahih Bukhari. Pada usia 8-10 tahun kami menghafal Kitab Sahih Muslim. Dan dari umur 10-15 tahun kami menghafal kitab-kitab hadits yang lain, seperti Sunan Abi Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan An-Nasai, dllnya. Sedangkan pada usia 15-18 kami dimasukkan ke Pesantren. Disana kami belajar Bahasa Arab, Tafsir, Hadits, Fiqh, Aqidah, Sirah dan lainnya.

"Masya Allah, sebuah keluarga luar biasa. Dimana adik-adik akhi sekarang?"
"Adik saya yang nomor dua, sekarang belajar di Riyadh, Universitas Imam Ibnu Su`ud. Adik yang nomor tiga tengah belajar di Fakultas Kedokteran di Universitas Andalas, Padang. Sedangkan adik yang nomor empat atau yang terakhir insya Allah tahun ini akan selesai dari Pesantren dan rencana akan melanjutkan kuliah ke LIPIA Jakarta. Begitulah kami digembleng oleh orang tua sejak kecil. Semua ini merupakan karunia dan anugerah dari Allah."

"Benar-benar pembinaan yang luar biasa. Saya kagum dengan kedua orang tua akhi. Semoga suatu saat nanti, ketika saya telah menikah saya dapat mengikuti jejak orang tua akhi. Amin."

"Insya Allah, semoga terkabul akhi, amin. Mungkin itu yang bisa saya ceritakan pada akhi."

"Cerita yang sangat menginspirasi dan menggugah. Saya yakin siapapun yang mendengar kisah ini pasti akan terinspirasi. Sangat mencerahkan dan patut dijadikan teladan. Sudikah kiranya akhi membacakan hadits-hadits dari yang pernah akhi hafalkan tersebut, untuk memotivasi saya membaca dan menghafal al-Quran, mudah-mudahan setelah mendengarkan hadits-hadts itu saya semakin termotivasi dan giat menghafal al-Qur`an."

"Insya Allah. Saya akan coba bacakan beberapa hadits. Dari Utsman radhiyallahu `anhu berkata, Rasululllah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Orang yang terbaik diantara kalian ialah yang belajar al-Qur`an dan mengajarkannya." Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah."

"Dari Abdullah bin Umar radhiyalahu `anhu berkata, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Pada hari kiamat kelak akan diseru kepada ahli al-Quran, 'Teruskanlah bacaan Qur`anmu dan teruskanlah menaiki surga tingkat demi tingkat dan bacalah dengan tartil seperti yang telah engkau baca di dunia, karena sesungguhnya tempat terakhirmu adalah dimana engkau telah sampai pada ayat terakhir yang kamu baca." Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban."

Dari Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu berkata, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan adalah sama dengan sepuluh kali lipat pahalanya. Saya tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi."

Hadits lainnya adalah dari Mu`adz al-Juhani radhiyallahu `anhu berkata, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang membaca al-Qur`an dan mengamalkan isi kandungannya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat yang sinarnya lebih terang daripada cahaya matahari jika sekiranya matahari itu berada di rumah-rumah kamu di dunia ini. Bagaimana menurut kalian mengenai orang yang mengamalkannya sendiri?". Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud.

"Akhi Junaidi, sangat banyak hadits yang bisa dijadikan motivasi. Saya hanya menyebutkan beberapa saja. Semoga dengan yang sedikit ini mampu memotivasi akhi Junaidi."

"Baarakallaahu fii ilmik, akhi alhabib. Saya sekarang sangat tercerahkan dan termotivasi. Terima kasih banyak sudah berkenan berbagi dengan saya. Saya merasa sangat beruntung bisa berkenalan dengan akhi Utsman. Semoga persahabatan kita diridhai Allah dan berkekalan ke akhirat nanti, amin."

"Amin. Sama-sama akhi. Saya juga senang bisa berkenalan dengan akhi. Banyak kebaikan yang bisa saya ambil dari akhi, alhamdulillah."

"Ah, saya ini orangnya biasa saja. Gak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhi. Masih jauh dan masih banyak kurangnya."

"Jangan terlalu merendah akhi. Tetap bersyukur dengan apa yang Allah berikan, dan terus giat melakukan kebaikan."

"Iya, insya Allah. Sekali lagi terima kasih telah sudi berbagi dan menyampaikan ilmunya, jazakumullahu khairan."

"Wa iyyak, akhi Junaidi," jawab Utsman penuh senyum.

Mesjid Nurul Huda di Kawasan Gamik mulai lengang. Hanya beberapa orang dari mahasiswa dan orang Mesir yang masih menetap di dalam Mesjid. Mereka tengah membaca adzkar pagi, mentasmi` hafalan al-Quran dan membaca buku. Utsman pun tengah sibuk berzikir pada Allah. Ketika waktu syuruq telah masuk, 15 menit setelahnya Utsman shalat dua rakaat. Shalatnya begitu khusyuk, tenang dan panjang.

Setiap ayat ia baca dengan penuh penghayatan. Sesekali ia menyeka air mata yang menetes di kedua pipinya dengan jari-jari tangan kanannya. Usai shalat sebuah SMS masuk ke Hp-nya. Ia buka sejenak SMS itu, dari Haris Abdullah, Panitia Pelaksana Tes Imam Tarawih di Australia. Ia baca pesan itu dengan tenang.

"Assalamu`alaikum akhi Utsman. Alhamdulillah dari 13 orang yang ikut tes kemaren akhi yang terbaik dan diterima. Selamat akhi. Kami berharap kita bisa bertemu hari ini untuk membicarakan langkah selanjutnya di Markaz PERSIS setelah Ashar. Baik, kami tunggu kedatangan akhi nanti, terima kasih. Wassalamu`alaikum Wr.Wb."

Ustman tak dapat menahan rasa bahagianya. Ia lalu bersujud syukur, menumpahkan kebahagiaan dan rasa syukurnya pada Allah, Sang Pemberi Rizki. Tanpa terasa air matanya mengalir kembali. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya menjadi sempurna kebaikan.

NB: Diantara yang menjadi inspirasi penulisan Kisah ini adalah pertemuan dua hari yang lalu dengan sahabat saya yang mengikuti tes jadi Imam Tarawih Ramadhan di Australia. Semoga dapat memotivasi kita semua, insya Allah. Jika kita belum bisa mewujudkan saat ini, semoga anak dan cucu kita kelak yang akan mewujudkannya. Amin.

Sumber: eramuslim

0 komentar:

ur coment

Ayat-Ayat Kauniyah Saat Daun Berguguran

Oleh Syaripudin Zuhri

Betapa banyak tanda-tanda atau ayat-ayat Allah SWT yang bertebaran di alam semesta ini, karena sangat banyaknya hingga yang "terlihat" oleh manusia kebanyakan adalah sesuatu yang " biasa" saja, seakan memang seharusnya begitu adanya.

Manusia menjadi kurang bersyukur atas segala macam nikmatNya atau bahkan menjadi tak dapat "membaca" ayat-ayat Kauniyah yang ada di dalamnya. Nah Karena saya di Moskow, maka saya mengajak sahabat semua membaca ayat-ayat kauniyah yang ada.

Saat ini di Moskow sedang musim semi dan menjelang musim panas, namun tak ada salahnya saya berbagi dengan sahabat-sahabat semuanya mengenai musim gugur dan belajar pada musim gugur , yang memang nuansanya seperti religius.

Suasananya begitu menggugah suasana hati, terutama ketika daun-daun berguguran dan saat melihat daun mulai berwarna kuning kemerahan, ada suasana yang lain, ada suasana yang penuh keindahan dan terbentang lagi ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaanNya. Mari kita lihat bait bait berikut ini :

Ketika musim gugur tiba,
Daun berguguran ditiup angin utara,
Dengan girimis tipis,
Disambut kabut bak tirai perawan suci,

Daun berguguran satu demi satu menghujam bumi,
Berputar putar bak penari sufi dari Turki,
Melayang layang di udara sambil terus berputar berputar,
Mengucap tasbih yang hanya dimengerti olehNya sendiri,

Daun yang kuning kemerahan menebar keindahan ciptaan-Nya,
Menari nari dihadapanmu menunjukkan kekuasaan Illahi,
Yang kadang tertutup kabut cinta materi,
Hingga tak mengerti bahwa itu adalah amanah illahi,

Alhamdulilillah ya Illahi,
Kau ajarkan kembali nilai pengorbanan,
Dari daun yang berguguran yang rela menghujam bumi,
Karena menopang pohon induknya,
Dengan keyakinan akan kembali hijau di musim semi,

Tak apa kami berguguran,
Asal kau tetap berdiri tegak menghujam bumi,

Ada musim gugur di belahan bumi utara,
Ada musim semi di belahan bumi selatan,
Di saat bersamaan musim gugur dan musim semi,
Menari bersamaan membentuk keindahan alam,

Ada keindahan pada setiap musim yang diciptakanNya,
Daun yang kuning kemerahan,
Berjatuhan sambil melayang di udara,
Berputar-putar bak penari darwis yang sedang fana,
Sambil melantunkan tasbih,
Yang dimengerti olehNya sendiri,

Keindahan ciptaanNya,
Kau temukan juga saat daun berguguran,
Ntah berapa milyar daun berguguran di berbagai negeri,
Telah menciptakan suatu tarian sunyi,
Menimbulkan nyanyian simfoni yang bercitra tinggi,
Bagi yang mengerti dan memahami ayat-ayat Illahi,
Betapa besar ayat-ayatNya yang berteberan di jagat raya ini,
Termasuk saat daun yang berguguran,
Yang menari dan berputar sambil melayang dan bertasbih,
Dengan caranya sendiri dan dimengerti oleh-Nya,

Bagitu banyak ayat-ayatnya bertebaran di muka bumi,
Lalu nikmatNya yang mana lagi yang mau kau dustakan,

Ah… seandainya kau mengerti,
Ada Dia di balik setiap materi dan setiap kejadian yang terlihat alami,
Namun kau terkunci mati,
Karena mengejar materi yang tiada henti,
Lalu kapan kau kembali,
Pada Dia yang hakiki dan Abadi.

Daun yang berguguran,
Mengajari kembali jiwa-jiwa suci,
Bahwa ada hidup sesudah mati,
Ada musim semi setelah musim dingin,
Ada kehijuan mengganti dedaunan yang telah berguguran,
Di musim semi nanti.

Lukisan ke MahabesaranNya di musim gugur telah kembali,
Terpampang di setiap jalan yang kau lalui,
Membuka ketentraman jiwa dan hati,
Dengan daun yang berguguran,
Memompa para seniman untuk berkraesi kembali.

Ya illahi,
Dedaunan telah gugur dan terus bertasbih memuji-Mu,
Tasbih yang dimengerti oleh-Mu sendiri,
Memuji illahi dengan ketabahan yang sangat tinggi,
Dedaunan terus bernyanyi dipadang sunyi,
Sambil terus bertasbih,
Memuji karya illahi yang sudah mengabadi,
Terukir tajam dalam bumi,
Itulah karya Illahi,
Yang bercitra tinggi tanpa henti.

Demikianlah bumi terus berputar dan musim terus berganti, dengan belajar musim gugur, ada rasa optimis yang tinggi buat manusia yang mau mempelajari tanda-tanda atau ayat-ayat yang datang dariNya, itulah ayat-ayat kauniyah dari sekian banyaknya ayat-ayat kauniyah yang terbentang di alam semesta ini.

Ayat kauniyah yang terbentang di musim gugur adalah salah satu sikap yang mau berkurban untuk kehidupan bersama, diperlihatkan dengan sangat jelas ketika daun-daun berguguran, agar pohon induknya tidak mati. Dan pohon yang kelihatan mati tersebut, akan menghijau kembali di musim semi dan akan sangat lebat di musim panas. Allahu Akbar !

Ada filosofi yang terbungkus dalam musim gugur dan saat daun berguguran. Itu ayat-ayat kauniyah baru di musim gugur, belum lagi ayat- ayat kauniyah di musim dingin, musim semi dan musim panas. Banyak sekali ayatNya yang terbentang di sana.

Di negara yang mengenal empat musim, Allah lebih banyak "menebarkan" ayat-ayat kauniyah-NYa di bandingkan dengan negara-negara yang mengenal hanya dua musim, mengapa?

Ya karena disetiap musim yang berganti, kita akan dapat pembalajaran baru dariNya, karena disetiap musim mempunyai karakter sendiri-sendiri. Subhanallah. Dan itu membutuhkan waktu panjang untuk menulisnya, karena itu, sekian dulu, lain kali disambung lagi.

Sumber: eramuslim

0 komentar:

ur coment