Masihkah Belum Cukup Bagimu?

Selasa, 20/10/2009 12:30 WIB

Tatkala Umar telah masuk ke dalam Islam, berarti ia telah menyerahkan dirinya  secara total kepada Allah, dan tokoh itu senantiasa berbuat kebaikan. Agama Islam telah memberi neraca yang selurus-lurusnya. Karena itu, tabiatnya selalu peka dan waspada, tak mau terjatuh kepada sifat-sifat dan amal yang dilarang dan menyebabkan murka-Nya.
Tokoh yang memiliki perawakan tinggi besar itu, memiliki kamampuan mengatasi apa saja, ia bangkit dengan langkah-langkah yang teguh dalam menempuh jalan yang lurus, jalan keutamaan dan kewajiban. Umar tidak pernah menyimpangkan langkahnya dari jalan Allah Rabbul Alamin, dan jalan Rasulullah Shallahu Alaihi Wa sallam.
Tak ada bencana yang lebih ditakuti, yang dikhawatirkan akan menimpa keberuntungannya, selain bencana terkucil dan dijauhkan dari ridha Allah Azza Wa Jalla, dan menyimpang dari sunnah Rasul-Nya. Sebelum masuk Islam, ia selalu mencari kebenaran agar dapat diikutinya sesuai dengan bakat dan kemampuannya, dengan sifat dan kekuatan jiwanya.
Sekarang Umar telah mengenal al-haq dan kebenaran mutlak, yaitu menerima keimanan dari Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam tidak mungkin berbicara dengan kemauan dan hawa nafsunya, melainkan berdasarkan tuntunan Rabbul Alamin.
Umar telah mencatat, dan tidak pernah ia lupakan sepanjang hidupnya, ketika hari kelahirannya yang baru, ketika ia menjabat tangan Rasullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, dan seraya mengucapkan, “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah”. Dan, hari itu Umar menemukan keberuntungan dalam hidupnya yang paling mulia, sesudah ia mengucapkan dua kalimah syahadat.
Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya serta agamanya, tidak pula demi mendapatkan sesuatu keuntungan. Ia melakukan semuanya secara sadar yang digerakkan oleh lubuk hatinya.
Maka, ketika pertama kali didengar firman Allah, yang dibacakan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, kepadanya, “Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan kalian tidak akan dikembalikan?”. Ayat itu seakan khusus diturunkan untuk dirinya sendiri. Disadarinya bahwa usia manusia itu sangatlah pendek. Padahal, betapapun panjang usia manusia, katakanlah seperti Nabi Nuh Alaihi Sallam, yang mencapai 950 tahun, bahkan mencapai beribu-ribu tahun, takan akan pernah cukup untuk mebalas nikmat-Nya yang telah diberikan kepada manusia.
Umar sangat takut ucapan-ucapannya yang keluar dari mulutnya akan menyimpang dari garis kebenaran. Begitu pula ia mengkhawatirkan perbuatan-perbuatannya tergelincir dari jalan kebenaran. Ia sangat cemas, jika kehidupan yang suci itu akan ternodai oleh dosa disebabkan walau hanya syubhat. Umar ingin hidupnya dijauhkan dari segala keburukan, bencana, dan kekafiran. “Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. Itulah yang menyebabkan Umar selalu gelisah.
Umar yang gagah itu menjadi sangat kurus. Karena jarang memejam matanya. Makannya sangat sedikit, hanya sekedar agar dapat hidup. Pakaiannya terbuat dari bahan yang kasar. Umar boleh dikatakan jarang tidur, hingga boleh dikatakan selalu terjaga. “Jika saya tidur malam, berarti saya menyia-nyiakan diri saya. Dan, jika saya tidur siang, berarti saya mengabaikan rakyat jelata .. !”.
Kepada setiap orang yang ditemuinya, selalu ditanyakannya sambil mengeluh dan dengan sungguh-sungguh. “Atas nama Allah, jawablah pertanyaan saya dan jangan berdusta!”, ucap Umar. “Bagaimana pandangan anda terhadap Umar? Apakah menurutmu Allah akan ridha kepadanya? Dan, apakah menurut pendapatmu Umar itu tiada mengkhianati Allah dan Rasul-Nnya”, tanya Umar kepada rakyatnya.
Rasa malu, kecemasan, ketakutan, dan semua kamauan baik, serta cita-cita mulia, sebabnya tiada lain, hanyalah, karena Umar bingung, dan tidak tahu apa yang akan dikatakannya kepada Rabbnya nanti?
Sementara, di hari ini, segala kedurhakaan, kenistaan, dan kekafiran, yang pernah dilakukan umat-umat terdahulu, semuanya telah terjadi. Apa yang pernah dilakukan kaumnya Nabi Nuh, Nabi Sueb, Nabi Luth, dan Musa, telah ada di zaman ini.
Apakah para pemimpin hari ini masih belum cukup dengan pelajaran dari umat terdahulu yang mendapat azab dari Allah Azza Wa Jalla akibat kelaian mereka terhadap Rabbnya. Dan, masihkan dapat tidur dengan nyenyak melihat berbagai hal yang terang-terangan melanggar ketentuan-Nya. Wallahu’alam
http://eramuslim.com

1 komentar:

ur coment

Kekayaan, Kesuksesan, dan Kasih Sayang

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia
melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu
tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda,
tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku
pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"
Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar".

"Oh kalau begitu,kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu
kembali", kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua
kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia
berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan
mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini".

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama", kata pria itu hampir
bersamaan.

"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil
menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, "sedangkan yang ini bernama
Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.Sedangkan aku
sendiri bernama Kasih-sayang. Sekarang, coba Tanya kepada suamimu, siapa
diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar.

Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau
begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini
penuh dengan Kekayaan."

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "sayangku, kenapa kita
tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk
membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan
siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita
mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman
dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang."

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak
masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi
teman santap malam kita."

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara
Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita
malam ini."

Si Kasih-sayang bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata,
kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita
itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan. "Aku hanya mengundang si
Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga? "

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si
Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar.
Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun
Kasih-sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada
Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab,
ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang
bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan,
kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat
kami menjalani hidup ini."

0 komentar:

ur coment

"Grand Solar", Lampu Taman Tanpa Listrik



RABU, 14 OKTOBER 2009 | 08:04 WIB
 Penggunaan listrik secara berlebihan bisa menimbulkan emisi karbon yang mencemari lingkungan. Salah satu cara berhemat pemakaian listrik adalah menggunakan lampu tenaga matahari.

Krisis energi listrik masih menjadi topik perbincangan hangat. Cadangan listrik dan bahan bakar pembangkit listrik yang semakin sedikit memaksa PLN untuk melakukan pemadaman bergilir. Hal ini sudah mulai dirasakan oleh sebagian besar masyarakat. Tak hanya di daerah terpencil tetapi sudah merasuk ke kota-kota besar.

Dengan keterbatasan sumber listrik ini, ada tiga hal yang dapat dilakukan. Pertama belajar bijak terhadap listrik dengan memakai energi listrik secukupnya dan tak berlebihan. Kedua, menggunakan lampu hemat energi. Dan yang ketiga, menggunakan sumber energi alternatif apapun bentuknya.

Untuk hal pertama dan kedua, sifatnya hanya mengurangi saja. Ketergantungan terhadap energi listrik masih tetap ada. Sedangkan hal ketiga, bersifat menghilangkan ketergantungan terhadap energi listrik.

Penggunaan energi alternatif adalah solusi terbaik untuk memecahkan masalah berkurangnya pasokan listrik dari PLN. Melimpahnya energi di sekitar Anda yang bisa didapatkan gratis bisa dimaksimalkan untuk mendapatkan energi listrik.

Adalah sinar matahari, sumber energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Sudah banyak bentuk pemanfaatan sinar matahari untuk menghasilkan listrik. Salah satunya adalah lampu yang memanfaatkan sumber daya matahari sebagai energi utama untuk menyalakan lampu. 

Hingga saat ini, lampu yang memanfaatkan sinar matahari banyak digunakan sebagai lampu penerangan jalan atau lampu lalu lintas. Untuk skala residensial, baru-baru ini telah tersedia lampu taman yang memanfaatkan sinar matahari. Di pasaran produk tersebut diberi label lampu grand solar.

Menurut Rasyariel D. Margiaty, Marketing Manager PT Grand Battery Technologies Indonesia (pemasar lampu grand solar), lampu taman grand solar diciptakan khusus untuk bisa memanfaatkan energi berlimpah dari matahari. Di Indonesia lampu jenis ini termasuk baru. Peredaran produknya mulai dipasarkan sekitar akhir bulan Maret 2009.

Komponen Utama
Lampu ini menggunakan perangkat solar panel yang biasanya dipakai pada piranti pemanas air. Perangkat ini adalah komponen utama lampu grand solar karena dari perangkat ini, energi sinar matahari bisa ditangkap dan simpan di dalam baterai.

Secara garis besar, lampu taman grand solar ini terdiri dari 3 komponen. Pertama, kaki lampu yang berbentuk runcing. Komponen ini berfungsi untuk menancapkan lampu ke dalam tanah. Kedua, tiang lampu. Komponen ini memiliki ukuran panjang yang bervariasi. Untuk saat ini ukuran ketinggian maksimal yang ada di pasaran sekitar 60 cm. Dan ketiga adalah rumah/kepala lampu.

Bagian yang merupakan bagian terpenting dari produk ini di dalamnya terdapat solar panel, lampu LED yang merupakan sumber penerangan lampu, lampu indikator, dan baterai tempat menyimpan energi listrik.

Untuk bahan, bagian kaki dan tiang lampu terdiri atas 2 jenis, plastik dan stainless steel. Sedang untuk bagian kepala lampu, bahannya beragam karena pada bagian ini terdapat bermacam-macam komponen, mulai dari stainless stellatau plastik untuk bagian rumah lampu dan kaca atau mika tembus pandang sebagai pelindung solar panel yang terletak di bagian atas kepala lampu.

Sistem Kerjanya Menyimpan Energi
Prinsip utama kerja lampu ini adalah menangkap energi matahari dan menyimpan energi tersebut di dalam baterai. Pada siang hari, solar panel yang berada di bagian atas lampu menangkap cahaya atau sinar. Tak hanya sinar matahari yang ditangkap tetapi juga sinar UV pada saat matahari tidak bersinar terang juga bisa ditangkap oleh perangkat solar panel. 

Dengan demikian, dalam kondisi cuaca mendung atau berawan, solar panel masih dapat melakukan fungsinya untuk menangkap energi. Hal ini berbeda jika tidak ada sinar matahari seperti pada saat malam, maka solar panel tak bisa mendapatkan energi.

Sinar atau energi ini kemudian diubah menjadi energi listrik melalui proses photovoltaic. Listrik yang  dihasilkan olehsolar panel langsung disimpan di dalam baterai. Saat solar panel bekerja, lampu indikator yang berwarna merah akan menyala. Jika proses pengisian energi dari solar panel ke baterai sudah penuh, lampu indikator akan mati secara otomatis.

Listrik yang sudah tersimpan di dalam baterai, dapat mengalirkan energi listik. Tinggal geser tuas saklar pada rumah lampu, lampu pun menyala. Dalam kondisi baterai penuh, lampu akan menyala selama kurang lebih 12 jam.

Untuk mendapatkan baterai penuh, hanya diperlukan cahaya matahari minimal 4 jam dan sinar matahari bersinar tanpa ada mendung. Dalam kondisi berawan atau mendung, lampu ini tetap bisa menyimpan energi. Namun, sinar lampunya tidak terang dan waktu menyalanya juga berkurang bila tidak mendapatkan energi penuh. 

Lampu yang hanya mendapatkan energi sedikit dari matahari hanya sanggup menyala kurang lebih 6-8 jam. Didesain Serba Ringkas Lampu grand solar ini dibaut mudah dalam pemakaiannya. Pemasangannyapun sangat mudah. Cukup dengan menancapkannya ke dalam tanah. Atau untuk model gantung, lampu tinggal dipasang
di permukaan dinding. 

Hanya saja, untuk rumah yang tak berpagar lampu yang ditancapkan di tanah sebaiknya dibaut atau ditanam di dalam blok beton supaya tidak mudah diambil tangan jahil. Ragam lampu grand solar dibedakan berdasarkan bahan lampu, ukuran, dan luasan penampang perangkat solar panel. Keragaman ini juga menentukan harga jualnya. 

Untuk lampu dari bahan stainless steel harganya lebih mahal dibandingkan lampu dari bahan plastik. Sebagai perbandingan, untuk lampu dari bahan plastik harganya sekitar Rp 110 ribu - Rp 200 ribu. Varian lampu grand solarjuga dibebakan dari warna lampu LED-nya. Ada yang berwarna putih dan kuning. Namun, warna lampu tidak mempengaruhi perbedaan harganya.

Dengan pemakaian lampu seperti ini, energi listrik di rumah bisa dihemat sekitar 10%. Tagihan listrik pun bisa berkurang setiap bulannya. Hemat bukan? 

Keuntungan Dibanding Lampu Taman Biasa

1. Sumber energi listriknya tidak pernah habis. Selama kehidupan masih ada, matahari akan terus bersinar. Letak geografis Indonesia yang berada di jalur khatulistiwa dan juga menerima panas matahari sepanjang musim, menjadi nilai lebih tersendiri. Pemanfaatannya akan lebih maksimal dibanding dengan yang tinggal di daerah kutub.

2. Ramah lingkungan. Dilihat dari keseluruhan bahan, lampu ini menggunakan bahan ramah lingkungan. Bahkan untuk baterai grand cell-nya sebagai penyimpan energi listrik tidak mengandung bahan kadmium dan alkali.

3. Irit biaya. Menggunakan lampu taman ini diibaratkan Anda membeli barang dengan bonus ganda. Selain nyala lampunya tak akan pernah padam, kecuali energi listrik yang tersimpan di dalam baterai habis, lampu ini membuat Anda berhemat tagihan listrik. Meskipun secara hitungan uang harganya relatif mahal, jika diperhitungkan secara lebih seksama lagi hitungan uang ini relatif murah. Hal ini disebabkan porsi tagihan listrik untuk pemakaian lampu taman bisa berkurang selama Anda menggunakan lampu ini.

4. Tanpa bahan bakar dan bebas polusi. Tak ada bahan bakar yang digunakan untuk menyalakan lampu ini.  Semua dinikmati secara gratis dan cuma-cuma.  Ke depan, pemakaiannya tak akan menimbulkan masalah, Selain itu tak ada polusi yang dihasilkan dari penggunaan lampu ini.

5. Tak perlu biaya perawatan khusus.  Hal yang membuat malas seseorang salah satunya adalah merawat sebuah barang.  Barang yang bagus, jika perawatannya sulit, orang akan mudah berpaling.  Namun tidak dengan lampu tanaman ini.  Hanya perlu dilap pada permukaan solar cell agar kotoran tidak menutup energi sinar matahari yang diterimanya.  Bahan lampu juga anti jamur dan tak mudah berkarat sehingga konsumen semakin mudah dalam perawatannya. (Tabloid Rumah/Al Nindito Pratomo/Irfan Hidayat)

sumber:Kompas

0 komentar:

ur coment

Anggunnya Masjid Seribu Tiang





TIDAK singgah dan salat di Masjid Agung Al Falah, rasanya belum lengkap bagi yang baru pertama kali berkunjung ke Jambi. Masjid megah nan indah dengan ornamen menawan plus jejeran tiang-tiang tinggi memang menjadi daya tarik tersendiri untuk disinggahi.
Berada di Jalan Sultan Thaha, Kota Jambi, Masjid Agung Al Falah begitu mencolok. Luas lahannya mencapai 2,7 hektar. Sebanyak 232 tiang yang menopang kubah dan atap menambah kesan kokoh masjid itu.
Masuk ke dalam masjid, keagungan masjid begitu terasa. Mihrab dihiasi ukiran dan kaligrafi yang indah, terbuat dari kuningan dan tembaga dengan kubah megah seperti Taj Mahal di India. Delapan tiang penyangga dihiasi ukiran dan patri kuningan yang cantik nan menawan.
Di sisi kanan masjid ada kaligrafi bertuliskan asma Allah. Di kiri, kaligrafi Nabi Muhammad SAW. Sedangkan di kanan dan kiri mihrab terdapat dinding berhiaskan ukiran yang di tengahnya dibuat nama-nama khulafaurrasyidin (empat klaifah), yakni Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Di kanan dan kiri mihrab juga terdapat dua jam berukuran besar.
Sementara di tengah masjid terdapat kubah indah berukuran besar dengan warna beragam, putih, hijau muda, hijau tua, pink, dan biru, dengan kaligrafi terbuat dari kaca bertuliskan nama-nama Allah.
Masjid semakin terlihat menarik dan megah ketika lampu hias berukuran besar mengantung menghiasi kubah masjid terbesar di Jambi itu. “Tahun 2003 atap ada bocor, makanya kita rombak sehingga seperti sekarang,” ujar Normal Yahya, staf Biro Kesra dan Kemasyarakatan Setda Provinsi Jambi.
Dikatakan, penampilan Masjid semakin kokoh dan gagah setelah 40 tiang dilapisi tembaga kuningan yang didatangkan dari Jepara, Jawa Tengah. “Baru 2004-2005 dirombak menggunakan tembaga seperti itu,” ujarnya di Masjid Agung, beberapa hari lalu.
Di masjid itu juga terdapat beduk berukuran besar. Sementara di kanan dan kiri bagian luar terdapat kolam ikan dengan pagar di sekelilingnya. Ide pembuatan ornamen saat direhab, kata Normal Yahya yang juga pimpinan proyek rehab Masjid Agung, berasal dari Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin setelah melihat-lihat masjid di daerah lain. “Kami diperintahkan membuat konsep dan desainnya dengan mengajak konsultan dan arsitek. Setelah itu baru kita usulkan lagi ke Gubernur,” ujar pria yang tinggal di Puri Mayang itu.
Mengapa tiang tidak dibuat dari kuningan semua? Secara estetis, kata Normal Yahya, tidak bagus. Hingga kini Masjid Agung menjadi simbol kemasyhuran masyarakat Jambi. Masjid unik dengan 232 tiang tanpa dinding, kecuali bagian barat dan mihrab, dihiasi ornamen kaligrafi ayat-ayat Alquran, nama Allah, nama Nabi Muhammad SAW, khulafaurrasyidin, dan dilengkapi beduk di bagian depan masjid.
“Nama masjid seribu tiang itu hanya gelar yang diberikan masyarakat Jambi saja karena begitu banyak tiang yang menyangga masjid itu,” ujar M Zubir, salah satu imam masjid. Saat ini sudah divariasi dengan 40 tiang terbuat dari tembaga, ditambah lampu hias dari tembaga juga.
Bermula dari Sayembara
Masjid Agung Al Falah merupakan masjid terbesar di Jambi. Hingga kini masjid seribu tiang itu menjadi kebanggaan masyarakat di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Namun tak banyak yang mengetahui sejarah berdirinya masjid tersebut.
Ketua MUI Provinsi Jambi Sulaiman Abdullah menjelaskan, ide pembangunan Masjid Agung dimulai tahun 1960-an oleh pemerintah dan pemikiran beberapa tokoh masyarakat. Tujuannya meningkatkan syiar Islam, di samping makin meningkatnya jumlah penduduk. “Dulu itu bekas benteng Belando (Belanda), dikuasai oleh militer Korem 042/Gapu,” ujarnya beberapa hari lalu.
Selanjutnya gubernur melalui sekretaris daerah menghubungi panglima Kodam II Sriwijaya di Palembang untuk meminta kembali tanah tersebut untuk lokasi pembangunan masjid. Usulan itu membuahkan hasil dengan disepakati dan dikembalikan tanah tersebut kepada Pemprov Jambi yang dulu milik pemerintah Kerajaan Melayu Jambi. Namun, baru pada 1971, pembangunan dimulai, diprakarsai Abdurrahman Sayoeti, sekretaris daerah Provinsi Jambi ketika itu, dan didukung sejumlah tokoh ulama, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat Jambi lainnya.
Bentuk bangunan masjid, kata Sulaiman Abdullah, semua disayembarakan. Akhirnya, terpilihlah konsep bangunan dengan banyak tiang dan tanpa dinding. “Tidak berdinding agar dingin terkena angin dan tidak perlu kipas angin atau AC,” ujar Sulaiman Abdullah. Siapa pemenang sayembara itu? Sulaiman Abdullah tidak ingat. Hal sama dikatakan tiga imam masjid, yakni M Zubir, Hasan Basri, dan Sayuti Ibrahim.
Nama Masjid Agung Al Falah merupakan kesepakatan para ulama dan tokoh masyarakat ketika itu. “Agung” dipakai karena bangunannya yang megah. Sedangkan “Al Falah” berarti kemenangan, yang memberikan pengertian bahwa kehidupan manusia di dunia ini harus memeroleh kemenangan. Dari sisi sejarah, nama “Al Falah” dipakai mengingat lokasi pembangunan masjid adalah Tanah Pilih Pseko Betuah, yaitu tanah milik Kerjaan Melayu Jambi yang pada 1885 dikuasai Pemerintah Belanda namun dapat dikuasai kembali oleh Kerajaan Melayu Jambi. Artinya, Jambi memeroleh kemenangan. 
14 Tahapan Pembangunan
pembangunan Masjid Agung Al Falah melewati 14 tahapan. Diawali pada 16 Januari 1971 hingga 17 september 1979. Semua dana bersumber dari APBD. “Supaya masyarakat Jambi memiliki masjid yang megah dan jadi kebanggaan,” ujar Hasip Kalimuddin Syam, salah seorang tokoh yang ikut memprakarsai pembangunan Masjid Agung Al Falah.
Selain 14 tahapan tersebut, secara terpisah dibangun pula gedung Islamic Centre pada tahun anggaran 1974/1975 dengan biaya Rp 55 juta terdiri dari bantuan presiden Rp 50 juta ditambah anggaran Pemprov Jambi. Menara setinggi 38,50 miliar dibangun pada tahun anggaran 1976/1977 dengan menelan dana  Rp 25 juta, sumbangan PT Waskita Karya.
Tahap penyempurnaan dilakukan pada 1980/1981 dengan biaya Rp 10 juga. Pengerjaan yang dilakukan adalah pembuatan satu unit rumah jaga dan tempat wudhu dan WC wanita.
Pada 29 September 1980, Presiden Soeharto meresmikan pemakaian Masjid Agung Al Falah yang menelan biaya keseluruhan mencapai Rp 743.139.991,02. Peresmian dilakukan pada masa Gubernur Jambi Maschun Syofwan. Masjid berdiri di atas tanah seluas sekitar 26.890 meter persegi atau 2,7 hektare, luas bangunan masjid 80x80 meter atau 6.400 meter persegi dengan kapasitas daya tampung  sekitar 10 ribu jamaah.(kin)
sumber: independent
DITULIS OLEH KIN   
SENIN, 20 JULI 2009 18:40

0 komentar:

ur coment

Doa Ketika Tertimpa Musibah

Assalamu'laikum wa rahmatullah.

Musibah yang dialami oleh seorang mukmin, baik yang besar atau kecil, merupakan balasan Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Musibah tersebut sebagai penghapus dosa-dosa selama ia terbebas dari perbuatan kesyirikan dan dosa besar lainnya. Sehingga ia akan menghadap Allah dalam keadaan bersih dari dosa yang pada akhirnya akan dimasukkan surga oleh Allah Ta’ala. Apabila ia tidak melakukan kezaliman berupa kesyirikan, kezaliman terhadap sesamanya, atau kezaliman terhadap dirinya, maka ia akan mendapatkan rasa aman pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat. (Fathul Majid, tanpa tahqiq hal. 38). Lalu bagaimana agar musibah yang menimpa seorang mukmin dapat menjadi penghapus dosa bahkan menjadi pahala dan menggantikan musibah itu dengan sesuatu yang lebih baik ? Pertanyaan ini telah dijawab oleh Allah Ta’ala dalam Surah Al Baqarah 156-157 : "Orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan:"inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya). Mereka itu mendapatkan salawat (pujian) dan rahmah. Merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk." Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam juga memberikan petunjuk kepada kita apa yang harus diucapkan ketika kita tertimpa musibah, besar atau kecil, dengan mengucapkan kalimat istirja’. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhum bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda : "Hendaklah salah seorang kamu mengucapkan istirja’ dalam segala hal (musibah) meskipun yang terjadi pada tadi sandalnya. Sebab yang demikian tergolong musibah." (Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadith ini hasan setelah melihat adanya penguat hadith ini berasal dari Ibnu Sunni dengan sanad lemah (Al Kalimuth Thayyib, Ibnu Taimiyah, tahqiq Al Albani, hal.81) Ummu Salamah radhiallahu anha mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda : "Seseorang yang tertimpa musibah lalu ia berkata : inna lillahi wa inna ilaihi raji’un dan berdoa : Allahuma jurnii fi musibatii wakhluf liya khairan minhaa (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantikanlah untukku dengan yang lebih baik daripadanya). Niscaya Allah akan memberinya pahala karena musibah itu dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik." (HR. Muslim 3/37-38). Tatkala Abu Salamah (suaminya) meninggal, dia mengucapkan apa yang dikatakan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam. Tak lama kemudian ia menjadi isteri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, suami baru yang lebih baik dari pada Abu Salamah. Siapa mengira ia mendapatkan suami Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam sementara ia sendiri pernah mengatakan :"Lelaki mana yang lebih baik daripada suamiku"? (Mukhtashar Syarah Shahih Muslim, hadith no. 918) Dengan demikian semestinya tindakan seorang mukmin dalam menghadapi segala macam musibah dengan tetap dalam keadaan sabar, istiqamah dan mengharap pahala serta ampunan Allah. Tidak sebaliknya dengan menggerutu, menampar-nampar pipi atau menyobek-nyobek saku baju, menjerit atau tindakan lain yang tidak selayaknya diperbuat oleh seorang mukmin. 

sumber: nur-addin.blogspot.com

0 komentar:

ur coment